TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa meminta Presiden Suriah Bashar al-Assad bicara dengan kaum oposisi di negerinya untuk menyelesaikan sengketa berkepanjangan di sana. Indonesia, kata Marty, tidak mensyaratkan pengunduran diri Assad untuk dimulainya proses dialog.
"Sikap RI adalah mengedepankan proses politik di Suriah dengan tujuan kehendak rakyat Suriah bisa dihormati," kata Marty, Jumat 4 Januari 2013. "Apapun peranan Presiden Assad, akan lebih diketahui setelah proses politik itu bergulir," ucapnya.
Menurut dia, sikap RI itu lebih dinamis lantaran tidak membuat pengunduran diri Assad sebagai prasyarat dialog dan tidak juga menetapkannya sebagai hasil dari dialog tersebut. "Yang penting adalah proses politik digulirkan," kata Marty.
Di samping itu, RI juga melihat perlunya oposisi dan pemerintah Suriah segera melakukan pertemuan. Marty pun menyesalkan gagalnya tercapai kesepakatan dalam pertemuan kedua pihak di Moskow, Rusia, belum lama ini. "Tapi pada akhirnya (nanti) kedua belah pihak harus bertemu."
Menurut dia, pertemuan oposisi dan pemerintah tidak harus menjadi bentuk pengakuan antara satu pihak terhadap pihak lainnya. "Tapi harus ada penyelesaian politik. Tidak bisa diselesaikan melalui cara militer," ujar Marty.
PRIHANDOKO