TEMPO.CO, Tel Aviv - Partai Kadima, salah satu partai koalisi di pemerintahan Israel, mengundurkan diri dari koalisi menyusul perselisihan pembahasan draf Ultra-Ortodoks Yahudi di tubuh militer. Demikian laporan media setempat, Selasa, 17 Juli 2012.
"Keputusan ini kami sampaikan secara tegas," kata anggota parlemen dari Kadima, Yoel Hasson, kepada Radio Israel, Selasa, 17 Juli 20912. "Kami akhirnya meninggalkan pemerintahan ini," katanya.
Selasa dinihari waktu setempat, 17 Juli 2012, pimpinan Partai Kadima, Shaul Mofaz, mengadakan pertemuan darurat dengan seluruh pejabat tinggi partai. Mereka membahas rekomendasi keluar dari pemerintahan Israel.
Kadima merupakan partai terbesar, selain Likud, yang menempatkan 28 anggotanya dari 120 kursi di Knesset (parlemen). Partai ini bergabung dengan partai berkuasa Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu untuk membentuk pemerintahan sejak dua bulan lalu. Penggabungan ini bertujuan untuk melindungi ketentuan wajib militer bagi mahasiswa seminari. Pengunduran diri Kadima tidak serta merta mengancam keutuhan pemerintahan sebab keberadaan perdana menteri masih mendapatkan dukungan mayoritas anggota parlemen.
"Karena pertimbangan politik sempit, Anda memilih aliansi dengan (Ultra-Ortodoks) melalui aliansi mayoritas Zionis," kata Mofaz dalam suratnya kepada Netanyahu. "Saya meminta maaf atas keputusan Anda untuk melepaskan peluang membuat perubahan sejarah," tulis Netanyahu dalam balasan untuk surat Mofaz.
AL JAZEERA | REUTERS | CHOIRUL