TEMPO Interaktif , Kosovo – Untuk kali pertama, Kosovo menyelenggarakan pemilu daerah pada hari Minggu. Ini pemilu pertama sejak mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia tahun lalu. Dengan kondisi negara masih morat-marit, pengangguran, korupsi, dan lemahnya infrastruktur dan investasi rendah menjadi kendala terbesar bagi para pemilih.
Jajak pendapat lokal dipandang sebagai tes kunci bagi Kosovo yang ingin membangun dirinya sebagai sebuah negara demokrasi yang berfungsi penuh dan mendapatkan penerimaan dari lebih 63 negara sejauh ini sudah diakui sebagai negara merdeka.
"Hari ini kami menunjukkan bahwa negara kita dan warga pantas memiliki kemerdekaan, demokrasi dan perspektif Uni Eropa," kata Perdana Menteri Kosovo Hashim Thaci.
Para pengamat mengatakan, jumlah pemilih yang rendah, sekitar 45 persen, mencerminkan Kosovo merasakan kekecewaan terhadap pemimpin mereka karena gagal untuk memperbaiki perekonomian dan menjadi salah satu negara termiskin di Eropa. "Iman hilang di Kosovo karena korupsi yang tinggi di antara partai-partai politik," ujar Halil Matoshi, seorang analis politik.
Komisi Pemilu mengatakan tidak ada penyimpangan yang besar dan tempat pemungutan suara ditutup pada pukul 12.oo malam waktu Indonesia bagian barat.
Harapan tipis meletakkan beban kepada pemenang pemilu lokal untuk mengubah 40 persen tingkat pengangguran dan menciptakan lapangan kerja bagi 30.000 kaum muda yang memasuki pasar kerja setiap tahun. Banyak dari mereka terus meninggalkan negeri untuk mencari pekerjaan di luar negeri.
"Kita perlu air, jalan yang lebih baik, dan tangga di apartemen kami, yang merupakan pekerjaan pegawai kotamadya," kata Hasim Canolli, 60, setelah ikut memilih di ibukota Pristina. "Masalah kemandirian sudah selesai, dan orang-orang membutuhkan pekerjaan sekarang."
Pemimpin Serbia di Beograd memperingatkan kerabat etnis mereka di Kosovo tidak "melegitimasi kemerdekaan Kosovo."
"Ketika presiden, pemerintah saya dan Gereja di Belgrade mengatakan kepada saya untuk tidak memilih, tentu saja saya tidak akan memilih," kata Markovic Snezana, kubu Serbia Mitrovica di utara Kosovo.
Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada tahun 2008, sembilan tahun setelah tentara NATO mengusir pasukan Serbia untuk menghentikan pembunuhan etnis Albania dalam dua tahun perang melawan pemberontakan.
Sebagian besar negara-negara Barat telah mengakui kemerdekaan Kosovo, tetapi tidak Serbia, para mantan penguasa, atau Rusia. Setelah perang berakhir pada tahun 1999, pemilu di Kosovo dijalankan oleh Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE).
REUTERS| NUR HARYANTO