Serangan mengakibatkan lima orang terbunuh, tiga diantaranya staf PBB, demikian rilis dari jurubicara PBB di Kabul. Otoritas keamanan Afghanistan mengatakan, lima orang penyerbu juga tewas dalam insiden ini, sehingga total ada 10 korban tewas dalam peristiwa ini.
Seorang polisi Afghanistan mengatakan sejumlah Taliban telah memasuki rumah yang disewa PBB ini, dan langsung melakukan penyerangan, dan kemudian terlibat dalam adu tembakan dengan tentara Afghanistan dalam waktu beberapa jam. Asap terlihat membubung tinggi dari tempat kejadian, yang berada di pusat Kota Kabul dalam kompleks perumahan yang dipenuhi kantor-kantor kedutaan asing dan rumah para diplomat.
Jurubicara PBB Daniel Mc Norton mengatakan, serangan itu menyerang rumah PBB yang dinamai Bakhtar.
Jurubicara Taliban, Zabiullah Mujahid, dalam teleponnya kepada AP, mengaku bertanggung jawab dalam insiden ini. Dia mengatakan tiga orang Teliban telah memasuki rumah itu dengan membawa rompi bunuh diri, granat, dan senjata otomatis. Zabiullah mengatakan Taliban akan menyerang siapa saja yang bekerja membantu berlangsungnya Pemilu presiden ulang yang akan segera digelar. "Ini serangan kami," ujar Zabiullah.
Misi PBB hadir di Kabul menjelang Pemilu presiden ulang, yang akan menjalankan fungsi sebagai organisasi pembuat poling-poling politik.
Seorang dokter ditempat kejadian, Alem Asim, Direktur Layanan Ambulan di Kabul, mengatakan, stafnya menemukan dua orang aparat keamanan Afghanistan ditemukan tewas di tempat kejadian. Ditemukan juga empat orang terluka, yaitu seorang polisi, dua orang intel, dan seorang sipil.
Menurut Alem Asim, sekitar tujuh orang Taliban telah memasuki rumah itu, dan melakukan serangan.
Polisi Afghanistan melakukan respon balasan pada pukul 06.00, dan pertempuran baru berakhir pada pukul 08.00 pagi, waktu setempat.
Hingga kini belum jelas identitas dan kebangsaan para staf PBB yang tewas tersebut. Jurubicara PBB yang lain, Adrian Edwards mengatakan, "ini merupakan serangan yang sangat serius terhadap kami. Belum pernah kami mengalami serangan seperti ini sebelumnya."
BBC l NEWYORKTIMES l WAHYUANA