TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naim Qassem terpilih sebagai pemimpin yang baru menggantikan Hassan Nasrallah pada Selasa, 29 Oktober 2024. Ia telah menjadi tokoh senior dalam gerakan yang didukung Iran itu selama lebih dari 30 tahun.
Berbicara di depan tirai dari lokasi yang dirahasiakan pada 8 Oktober, Naim Qassem mengatakan konflik antara Hizbullah dan Israel adalah perang tentang siapa yang kalah dan menangis lebih dulu. Ia menegaskan bahwa Hizbullah tidak akan menangis lebih dulu. Kemampuan kelompok itu tetap utuh meskipun mendapat pukulan menyakitkan dari Israel.
Meski kerap mengeluarkan pernyataan keras, ia mendukung gencatan senjata antara Hizbullah dengan Israel. Pidatonya yang disiarkan televisi selama 30 menit disampaikan beberapa hari setelah tokoh senior Hizbullah Hashem Safieddine diduga menjadi sasaran serangan Israel. Ia berpidato 11 hari setelah terbunuhnya sekretaris jenderal Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah.
Qassem diangkat sebagai wakil kepala Hizbullah pada 1991 oleh sekretaris jenderal kelompok bersenjata saat itu, Abbas al-Musawi, yang tewas akibat serangan helikopter Israel pada tahun berikutnya. Qassem tetap memegang perannya saat Nasrallah menjadi pemimpin, dan telah lama menjadi salah satu juru bicara utama Hizbullah.
Dia adalah anggota pertama pimpinan tinggi Hizbullah yang menyampaikan pernyataan di televisi setelah terbunuhnya Nasrallah dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut pada 27 September. Berbicara pada 30 September, Qassem mengatakan Hizbullah akan memilih pengganti sekretaris jenderalnya yang terbunuh pada kesempatan paling awal dan akan terus memerangi Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.
"Apa yang kami lakukan hanyalah hal yang paling minimum. Kami tahu bahwa pertempuran ini mungkin akan berlangsung lama," katanya dalam pidato berdurasi 19 menit.
Lahir pada tahun 1953 di Beirut dari keluarga asal Lebanon selatan, aktivisme politik Qassem dimulai dengan Gerakan Amal Syiah Lebanon. Dia meninggalkan kelompok tersebut pada tahun 1979 setelah Revolusi Islam Iran, yang membentuk pemikiran politik banyak aktivis muda Syiah Lebanon.
Qassem mengambil bagian dalam pertemuan yang mengarah pada pembentukan Hizbullah, yang didirikan dengan dukungan Garda Revolusi Iran sebagai respons terhadap invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982.
Dia telah menjadi koordinator umum kampanye pemilihan parlemen Hizbullah sejak kelompok itu pertama kali mengikutinya pada tahun 1992. Pada tahun 2005, ia menulis sejarah Hizbullah yang dianggap sebagai "pandangan orang dalam" yang langka terhadap organisasi tersebut. Qassem mengenakan sorban putih tidak seperti Nasrallah dan Safieddine, yang sorban hitamnya menunjukkan status mereka sebagai keturunan Nabi Muhammad.
Israel buka suaara ihwal pemimpin baru Hizbullah ini. Naim Qassam hanya akan menjabat pemimpin Hizbullah untuk sementara. Ancaman ini diungkapkan setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah sebelumnya Hassan Nasrallah di Beirut lebih dari sebulan yang lalu. "Penunjukan sementara. Tidak lama," tulis Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant di X dengan foto Qassem.
REUTERS
Pilihan editor: Spanyol Batalkan Kontrak Perdagangan Senjata dengan Israel