TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pemimpin Filipina Rodrigo Duterte mengatakan kepada penyelidikan Senat bahwa dia telah mempertahankan "pasukan kematian" gangster untuk membunuh penjahat lain ketika dia menjadi wali kota di sebuah kota di Filipina selatan.
Duterte membuat pengakuan yang sarat dengan sumpah serapah pada Senin, 28 Oktober 2024, ketika ia juga mengakui di bawah sumpah bahwa selama masa jabatannya sebagai presiden dan wali kota Davao, ia telah memerintahkan polisi untuk "mendorong" para tersangka kejahatan untuk melakukan perlawanan dan "menghunus senjata" sehingga para petugas bisa membenarkan pembunuhan tersebut.
"Itu adalah tugas polisi," kata Duterte, yang mengakui kepada para senator bahwa ribuan penjahat tewas saat ia menjabat sebagai wali kota Davao.
Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah memerintahkan pasukan maut untuk membunuh para tersangka yang tidak berdaya, tetapi dia mengatakan kepada kelompok tersebut "untuk mendorong para penjahat untuk melawan, dan ketika mereka melawan, bunuhlah mereka agar masalah saya di kota ini akan selesai."
Catatan resmi kepolisian menunjukkan bahwa lebih dari 6.000 orang tewas selama kampanye kontroversial melawan obat-obatan terlarang saat Duterte menjabat sebagai presiden Filipina. Kelompok-kelompok hak asasi manusia memperkirakan sebanyak 30.000 tersangka yang sebagian besar adalah orang miskin dibunuh oleh petugas dan warga yang main hakim sendiri, banyak di antaranya tanpa bukti bahwa mereka terkait dengan narkoba.
Pembunuhan tersebut kini menjadi subjek penyelidikan Mahkamah Pidana Internasional atas dugaan "kejahatan terhadap kemanusiaan" yang disetujui oleh negara.
Duterte mengakui tanpa menjelaskan lebih lanjut bahwa ia pernah memiliki tujuh orang "gangster" untuk menangani para penjahat saat ia masih menjabat sebagai walikota Davao, sebelum menjadi presiden.
"Saya bisa membuat pengakuan itu sekarang jika Anda mau," kata Duterte. "Saya memiliki tujuh orang pasukan pembunuh, tapi mereka bukan polisi, mereka juga gangster."
"Saya akan meminta seorang gangster untuk membunuh seseorang," kata Duterte. "Jika Anda tidak mau membunuh [orang itu], saya akan membunuh Anda sekarang."
Kemudian dalam persidangan, dia juga mengakui memberikan instruksi kepada petugas polisi bagaimana menangani tersangka.
"Jujur saja. Instruksi saya kepada petugas adalah, 'dorong para penjahat untuk melawan, dorong mereka untuk mencabut senjata'. Itu instruksi saya. Dorong mereka untuk melawan, dan ketika mereka melawan, bunuh mereka sehingga masalah di kota saya selesai," kata Duterte.
"Saya mengatakan kepada mereka, 'Lakukan hal yang sama terhadap para pengedar [narkoba] sehingga akan ada satu penjahat yang berkurang'," tambahnya dalam campuran bahasa Filipina dan Inggris, ketika keluarga korban kampanye anti-narkoba berkumpul di luar gedung Senat untuk mendesak penuntutan terhadap Duterte.