Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

74 Tahun Berkonflik, Belum Ada Perjanjian Damai Antara Korea Utara dan Selatan

image-gnews
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mencoba senjata api saat memantau latihan militer di pangkalan operasi militer besar di wilayah barat negara itu, saat memerintahkan peningkatan kesiapan perang, di Korea Utara, dalam gambar yang dirilis pada 7 Maret, 2024. KCNA via REUTERS
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mencoba senjata api saat memantau latihan militer di pangkalan operasi militer besar di wilayah barat negara itu, saat memerintahkan peningkatan kesiapan perang, di Korea Utara, dalam gambar yang dirilis pada 7 Maret, 2024. KCNA via REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketegangan yang telah meningkat antara dua Korea dalam beberapa bulan terakhir memasuki fase baru setelah Korea Utara meledakkan sebagian dari dua jalur yang menghubungkan negara tersebut dengan Korea Selatan pada Selasa, 15 Oktober 2024.

Keesokan harinya, Korut mengklaim bahwa setidaknya 1,4 juta pemuda telah mendaftarkan diri sebagai tentara, baik sebagai rekrutan baru maupun mereka yang menyatakan kembali bergabung. Tindakan ini diambil oleh negara komunis tersebut setelah menuduh Korea Selatan mengirimkan selebaran propaganda ke Pyongyang menggunakan drone. Korut menganggap penggunaan drone tersebut sebagai provokasi yang dapat mengarah pada "konflik bersenjata, bahkan perang." 

Pyongyang kemudian memerintahkan pasukan perbatasan untuk bersiap melancarkan serangan, sementara Korsel menanggapi dengan menyatakan kesiapan untuk membalas. Seoul bahkan memperingatkan bahwa jika keselamatannya terancam, itu akan menjadi "akhir dari rezim Korea Utara." Pertikaian terbaru ini mencerminkan meningkatnya ketegangan antara kedua Korea, yang berada pada titik terburuk dalam beberapa tahun terakhir, dimulai dari pernyataan pemimpin Korut, Kim Jong-un, pada bulan Januari yang menyebut Korsel sebagai musuh nomor satu rezimnya.

Konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara bukanlah hal baru, kedua negara memiliki sejarah panjang terkait perpecahan semenanjung Korea. Sebelumnya, Korea merupakan satu entitas politik yang menguasai wilayah semenanjung dan sekitarnya selama berabad-abad. Perpecahan ini dimulai setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II pada tahun 1945, ketika dua negara pemenang superpower, yaitu Sekutu dan Uni Soviet, membagi kekuasaan atas Semenanjung Korea.

Pada 25 Juni 1950, Korea Utara yang didukung oleh Cina dan Uni Soviet menyerang Korea Selatan, yang didukung oleh Amerika Serikat. Dewan Keamanan PBB, yang baru saja dibentuk, mengerahkan 21 negara untuk menghentikan invasi tersebut, dengan 90 persen pasukannya berasal dari AS. Perang berlangsung selama tiga tahun, menewaskan jutaan orang, termasuk ratusan ribu tentara di kedua belah pihak. Kementerian Pertahanan Seoul mencatat 520.000 korban jiwa dari Korea Utara, serta 137.000 tentara Korea Selatan dan 37.000 tentara AS.

Perang berakhir pada 27 Juli 1953 dengan Kesepakatan Gencatan Senjata yang diprakarsai oleh Kim Il Sung, pendiri Korea Utara. Kesepakatan ini termasuk pembentukan Zona Demiliterisasi (DMZ) untuk memisahkan kedua Korea dan mengizinkan kembalinya tahanan. Namun, tidak ada perjanjian perdamaian yang ditandatangani, sehingga secara resmi perang antara kedua negara belum berakhir.

Semenanjung Korea kini terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh DMZ, yang mengikuti garis paralel ke-38 berdasarkan persetujuan PBB. Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat menguasai wilayah selatan dan Uni Soviet menguasai wilayah utara, masing-masing berupaya mempersiapkan kemerdekaan. Wilayah selatan membentuk pemerintahan yang berpusat di Seoul, dipimpin oleh Syngman Rhee, sementara wilayah utara membentuk sistem komunis di bawah kepemimpinan Kim Il Sung, yang berpusat di Pyongyang. 

Hingga saat ini, belum ada perjanjian damai antara kedua belah pihak; mereka hanya sepakat untuk menghentikan permusuhan melalui gencatan senjata. Hingga kini Amerika Serikat masih menempatkan sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan sebagai bagian dari "pasukan perlindungan." Sementara itu, Korea Utara mengklaim memiliki "angkatan bersenjata terbesar di dunia" dan menempatkan pasukan serta persenjataan dekat DMZ, sambil terus mengembangkan senjata nuklir dan sistem rudal jarak jauh.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | BBC | DW | YOLANDA AGNE

Pilihan Editor: AS Mengaku Punya Bukti Korea Utara Kirim 3.000 Tentara Bela Rusia di Ukraina

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perbandingan Kekuatan Nuklir Israel dan Iran, Siapa yang Lebih Unggul?

2 jam lalu

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam konferensi pers senjata nuklir Iran di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, Israel, 30 April 2018. REUTERS/Amir Cohen
Perbandingan Kekuatan Nuklir Israel dan Iran, Siapa yang Lebih Unggul?

Perbandingan kekuatan nuklir Israel dan Iran, jumlah hulu ledak dan implikasi militer di tengah ketegangan Timur Tengah.


AS Mengaku Punya Bukti Korea Utara Kirim 3.000 Tentara Bela Rusia di Ukraina

3 jam lalu

Tentara Rakyat Korea melakukan latihan penembakan artileri di Korea Utara, 7 Maret 2024 dalam gambar yang dirilis pada 8 Maret 2024. Latihan artileri yang dilakukan Korea Utara bertujuan untuk meningkatkan kesiapan tempur dan kemampuan perang. KCNA via REUTERS
AS Mengaku Punya Bukti Korea Utara Kirim 3.000 Tentara Bela Rusia di Ukraina

Tentara Korea Utara disebut ikut perang melawan Ukraina. Mereka direkrut oleh Rusia.


Kim Jong Un Lagi-lagi Periksa Pangkalan Rudal dan Senjata Balistik

20 jam lalu

Kim Jong Un Lagi-lagi Periksa Pangkalan Rudal dan Senjata Balistik

Kim Jong Un memeriksa pangkalan rudal setelah ramai soal tentara Korea Utara yang membantu Rusia di perang Ukraina.


Zelensky Klaim Korea Utara Siapkan 2 Brigade untuk Dukung Invasi Rusia di Ukraina

1 hari lalu

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan penghargaan kepada seorang tentara yang terluka saat ia mengunjungi Rumah Sakit Universitas Staten Island, tempat tentara Ukraina dirawat karena cedera perang, di New York, AS, 18 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Zelensky Klaim Korea Utara Siapkan 2 Brigade untuk Dukung Invasi Rusia di Ukraina

Zelensky pada Selasa malam mengklaim bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan dua brigade militer untuk mendukung upaya perang Rusia di Ukraina.


Wakili Indonesia, Afgan akan Meriahkan Asia Song Festival 2024 di Korea Selatan

1 hari lalu

Afgan menghadiri konferensi pers di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Selasa, 22 Oktober 2024. TEMPO/Marvela
Wakili Indonesia, Afgan akan Meriahkan Asia Song Festival 2024 di Korea Selatan

Afgan mengaku bangga bisa mewakili Indonesia untuk tampil di Asia Song Festival 2024, Korea Selatan.


10 Diktator Paling Kejam di Dunia yang Jarang Diketahui, Ada dari Asia

2 hari lalu

Pemimpin junta militer Myanmar Than Shwe. AP /David Longstreath
10 Diktator Paling Kejam di Dunia yang Jarang Diketahui, Ada dari Asia

Tidak hanya Adolf Hitler dan Joseph Stalin, terdapat beberapa diktator kejam yang jarang dikenal di dunia. Siapa saja?


Wamenlu Havas Pastikan RI Tetap Berperan Positif di Kancah Global

2 hari lalu

Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa, Arif Havas Oegroseno. dok TEMPO/Arnold Simanjuntak
Wamenlu Havas Pastikan RI Tetap Berperan Positif di Kancah Global

Wamenlu Arif Havas Oegroseno menyatakan kesiapannya bertugas di jabatan barunya agar Indonesia terus berperan positif di tengah dinamika global


Korea Selatan Panggil Dubes Rusia terkait Pengiriman Pasukan Korut

2 hari lalu

Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korea Selatan Kim Hong-kyun (tengah) menghadiri pertemuan trilateral dengan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Kurt M. Campbell dan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Masataka Okano di Kementerian Luar Negeri di Seoul, Korea Selatan pada 16 Oktober 2024. JUNG YEON-JE/Pool via REUTERS/File Photo Hak Lisensi Pembelian
Korea Selatan Panggil Dubes Rusia terkait Pengiriman Pasukan Korut

Kemlu Korea Selatan memanggil duta besar Rusia untuk memprotes pengiriman pasukan Korea Utara guna mendukung perang di Ukraina


Kamala Harris: Tersandung Tuduhan Dugaan Plagiarisme hingga Mengecam Trump

4 hari lalu

Wakil Presiden AS Kamala Harris saat pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower di halaman Gedung Putih, di Washington, D.C., AS, 25 Juli 2024. REUTERS/Nathan Howard
Kamala Harris: Tersandung Tuduhan Dugaan Plagiarisme hingga Mengecam Trump

Kamala Harris, mengecam Donald Trump atas komentar-komentarnya yang tidak menyenangkan mengenai "musuh dari dalam" Amerika Serikat


11 Restoran Chef Black Spoon Culinary Class Wars yang Wajib Dicoba

4 hari lalu

Cuplikan Culinary Class Wars musim pertama. (Tangkapan layar Youtube.com/K-Content
11 Restoran Chef Black Spoon Culinary Class Wars yang Wajib Dicoba

Setelah mengulik restoran tim White Spoon, kini saatnya menjelajahi beberapa restoran dari tim Black Spoon yang bertarung di Culinary Class Wars