TEMPO.CO, Jakarta - Militer Korea Selatan melaporkan Korea Utara telah meledakkan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di sisi perbatasan yang dijaga ketat kedua negara tersebut. Peristiwa itu tak pelak meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.
Pada Selasa, 15 Oktober 2024, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di utara yang terhubung ke Korea Selatan diledakkan pada tengah hari. Militer Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan di selatan garis demarkasi militer yang memisahkan kedua negara tetangga, meskipun ledakan tersebut tidak menyebabkan kerusakan di sisi perbatasan Seoul.
Ledakan itu terjadi setelah Pyongyang berjanji pada pekan lalu akan memutus sepenuhnya jalan dan jalur kereta api antar-Korea dan lebih jauh membentengi daerah-daerah di sisi perbatasannya. Senin 14 Oktober 2024, Seoul telah mempersiapkan langkah Korea Utara yang ingin meledakkan kawasan perbatasan tersebut.
Korea Selatan menuding Korea Utara telah memasang ranjau darat dan penghalang di sepanjang perbatasan. Mereka juga mengaku telah melihat Korea Utara turut melakukan pekerjaan tambahan dengan peralatan berat pada Senin kemarin. Korea Selatan juga telah meningkatkan pengawasan dan kesiapan setelah insiden tersebut.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang setelah meletup perang Korea pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Jalur kerea lintas batas tersebut merupakan sisa-sisa periode pemulihan hubungan antara kedua negara, termasuk pertemuan puncak pada 2018 antara para pemimpin ketika mereka menyatakan tidak akan ada lagi perang dan era perdamaian baru telah terbuka.
Adapun kantor berita Yonhap mencatat bahwa sekitar 180 miliar won atau US$132 juta uang pembayar pajak dihabiskan oleh Korea Selatan untuk membangun kembali jalan antar-Korea.
Perang secara lisan juga meningkat di antara kedua Korea setelah Korea Utara menuduh saingannya mengirim pesawat tanpa awak ke ibu kota negara itu, Pyongyang. Korea Utara pada Jumat, mengatakan pesawat tanpa awak tersebut telah menyebarkan sejumlah besar selebaran anti-Korea. Mereka menyebut langkah itu sebagai provokasi politik dan militer yang dapat menyebabkan konflik bersenjata.
Seorang juru bicara JCS Korea Selatan menolak menjawab pertanyaan mengenai apakah militer atau warga sipil Korea Selatan telah menerbangkan pesawat nirawak tersebut. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada Senin kemarin telah mengawasi sebuah pertemuan dengan pejabat pertahanan dan keamanan untuk membahas cara menanggapi provokasi Korea Selatan yang dianggap melanggar kedaulatan Republik Rakyat Demokratik Korea atau Korea Utara.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Empat WNI Asal Sumatra Barat Tiba di Kampung Halaman usai Dievakuasi dari Lebanon
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini