TEMPO.CO, Jakarta - Setahun lalu, 7 Oktober 2023, Hamas menyerang Israel dengan sebuah operasi yang dirancang secara matang. Serangan ini menghentak dunia, apalagi setelah Israel menyatakan bahwa 1.200 warganya dibantai secara keji, 250 lainnya diculik dan disandera. Setelah itu, Israel menebar narasi-narasi tanpa bukti seperti kekerasaan seksual dan pemenggalan bayi-bayi yang membuat dunia mengecam Hamas.
Kini, setelah setahun perang Gaza, mata dunia terbuka. Banyak narasi Israel tentang 7 Oktober yang tidak pernah terbukti. Dari data statistik, jumlah korban tewas di Gaza akibat pengeboman-pengeboman tanpa pandang bulu menewaskan hampir 42 ribu orang.
Perang genosida di Gaza telah memicu penilaian ulang secara global atas sikap komunitas internasional terhadap penjajahan Israel di Palestina. Banyak negara, yang dulunya bersekutu dengan Tel Aviv, kini bergeser ke arah pendekatan yang lebih kritis, seiring dengan meningkatnya seruan untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas tindakannya di wilayah pendudukan, dilaporkan Anadolu.
Yang masih hangat adalah seruan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, untuk larangan menjual senjata kepada Israel. Padahal, Prancis adalah sekutu dekat Israel yang selama ini memberi dukungan yang sangat besar.
Ribuan demonstran pro-Palestina menggelar protes di berbagai kota di seluruh dunia pada Minggu, 6 Oktober 2024, menjelang peringatan satu tahun serangan Hamas 7 Oktober yang mematikan terhadap Israel yang memicu perang di Gaza, dilaporkan Reuters.
Demonstrasi-demonstrasi diadakan di kota-kota besar dari Jakarta hingga Istanbul hingga Rabat, dan menyusul protes-protes pada hari Sabtu di ibu kota-ibu kota besar Eropa serta Washington dan New York.
Selama setahun terakhir, skala pembunuhan dan penghancuran di Gaza telah mendorong beberapa demonstrasi global terbesar dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di Amerika Serikat, yang menyaksikan beberapa minggu perkemahan kampus pro-Palestina.
Amerika Serikat dan sekutu-sekutu lainnya telah mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri, namun Israel telah kehilangan simpati internasional dan alih-alih menghadapi kecaman internasional atas tindakannya di Gaza, dan sekarang atas pengeboman terhadap Lebanon.
Menurut analis Palestina-Amerika, Ramzy Baroud, solidaritas global terhadap perjuangan Palestina telah meningkat secara dramatis di tengah konflik yang sedang berlangsung.
"Dukungan internasional untuk Palestina dan rakyat Palestina telah meningkat secara eksponensial sejak 7 Oktober," katanya kepada Anadolu dalam sebuah wawancara video.