TEMPO.CO, Jakarta - Ketika perang genosida Israel menimbulkan bayangan kelam di kawasan dan dunia, para ahli memperingatkan bahwa miliaran dolar yang dihabiskan untuk memusnahkan Gaza dan warga Palestina dapat menjadi biaya yang terlalu tinggi bagi perekonomiannya sendiri.
Pada akhir September, ketika hampir setahun perang Gaza, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengklaim bahwa, meskipun berada di bawah tekanan, perekonomiannya tetap kuat.
"Ekonomi Israel menanggung beban dari perang terpanjang dan termahal dalam sejarah negara ini," kata Smotrich pada 28 September.
Karnit Flug, mantan gubernur bank sentral Israel, mengatakan kepada CNN bahwa perang yang lebih intens akan "membawa dampak yang lebih besar pada aktivitas ekonomi dan pertumbuhan."
Perang telah secara drastis memperburuk situasi di Gaza, mendorongnya ke dalam bencana ekonomi dan kemanusiaan sejak lama, sementara Tepi Barat "mengalami penurunan ekonomi yang cepat dan mengkhawatirkan," menurut sebuah studi PBB yang dirilis bulan lalu.
Tak ada tanda-tanda pemulihan
Menurut seorang peneliti ekonomi Israel, hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada tanda-tanda pemulihan, dengan indikator-indikator yang lemah, menurunnya investasi asing dan pariwisata, serta eksodus warga yang mengkhawatirkan, memberikan gambaran yang suram bagi masa depan Israel.
"Krisis ekonomi hanya akan semakin memburuk. Tidak ada prospek pemulihan," ekonom politik Israel Shir Hever memperingatkan dalam sebuah wawancara dengan Anadolu.
Perkataannya menggemakan penilaian baru-baru ini oleh Yoel Naveh, mantan kepala ekonom di Kementerian Keuangan Israel, yang mengatakan bahwa pemerintah harus bertindak "dengan penuh semangat dan dengan tindakan segera untuk... mencegah risiko krisis keuangan yang membayangi."
Lintasan saat ini, tambahnya, dapat "menyeret ekonomi yang dilanda perang ke dalam resesi dan membahayakan keamanan nasional negara."
Biaya perang mencapai $66 miliar
Kerugian ekonomi akibat serangan mematikan Israel ke Gaza, yang telah menewaskan dan melukai hampir 140.000 warga Palestina sejak serangan lintas batas Hamas Oktober lalu, diyakini mencapai lebih dari 67 miliar dolar AS, menurut perkiraan ekonom Israel pada Agustus.
Bank of Israel memperkirakan pada Mei bahwa biaya perang bisa mencapai $66 miliar (sekitar Rp 1.035 triliun), termasuk pengeluaran militer dan biaya sipil, seperti perumahan untuk ribuan pemukim Israel yang dievakuasi dari utara.
Jumlah ini sekitar 12% dari PDB Israel. Meskipun Smotrich menyatakan bahwa ekonomi akan bangkit kembali, para ekonom khawatir bahwa kerusakan yang ditimbulkan akan lebih lama dari perang.
Flug, mantan gubernur Bank of Israel, mengatakan bahwa ada risiko pemerintah Israel akan memangkas investasi untuk membebaskan sumber daya untuk perang, sehingga mengurangi pertumbuhan di masa mendatang.