Tumbuhnya solidaritas
Baroud menekankan bahwa gerakan solidaritas untuk Palestina tidak dimulai pada 7 Oktober. Sebaliknya, ini merupakan puncak dari kerja keras yang telah dilakukan oleh organisasi-organisasi akar rumput di seluruh dunia selama bertahun-tahun.
"Ada banyak pekerjaan pendidikan, banyak kerja keras yang telah dilakukan sebelumnya. Perlawanan rakyat Palestina dan keteguhan mereka di satu sisi dan tingkat kriminalitas Israel di sisi lain memungkinkan gerakan ini tumbuh dalam hal jumlah untuk menjangkau khalayak baru, platform baru," jelas Baroud.
Kekuatan media sosial
Terlepas dari upaya media arus utama Barat untuk, dalam pandangan Baroud, memblokir narasi Palestina dan menormalkan tindakan Israel di Gaza, gerakan solidaritas terus berkembang - sebagian besar karena kekuatan media sosial.
"Orang-orang biasa, di mana pun di dunia, menjadi jurnalis warga," katanya, seraya menambahkan bahwa banyak influencer, yang masing-masing menjangkau generasi dan demografi yang berbeda, telah membantu menyebarkan pesan tersebut.
Terbongkarnya narasi palsu Israel
Pada hari-hari awal perang, ia mencatat bahwa narasi Israel telah diuntungkan oleh klaim-klaim palsu bahwa orang-orang Palestina telah melakukan kekejaman yang mengerikan selama serangan Hamas pada 7 Oktober. Namun, menurut Baroud, klaim-klaim awal itu akhirnya terbongkar.
"Ada begitu banyak penyelidik yang baik di luar sana, ada begitu banyak orang cerdas yang tidak membeli propaganda Israel," katanya, seraya menambahkan bahwa sebaliknya, media arus utama dengan penuh semangat "membeli propaganda Israel."
Negara-negara yang melangkah maju
Dengan lebih dari 146 negara yang kini mengakui negara Palestina, Baroud melihat hal ini sebagai momen penting dalam respons global terhadap konflik tersebut.
"Tentara-tentara kebenaran baru (muncul) ke permukaan, menceritakan kisahnya tanpa harus melalui filter media Barat dan sebagainya yang menciptakan ruang bagi negara-negara seperti Norwegia, Irlandia, Spanyol, dan lainnya untuk melangkah maju dan mengatakan, 'Kami siap untuk melakukan langkah tambahan dalam solidaritas terhadap Palestina'."
Baroud membandingkan pergeseran ini dengan runtuhnya apartheid di Afrika Selatan, di mana konsensus internasional secara bertahap berbalik menentang rezim yang menindas. "Hal yang sama juga terjadi di Palestina - tidak cukup cepat bagi kami, tetapi inilah aturan mainnya."