Netanyahu bersikeras bahwa ekonomi stabil dan solid dan akan membaik saat perang berakhir. Dua pendorong utama pertumbuhan Israel adalah teknologi, yang relatif terisolasi dari perang, dan persenjataan, yang merupakan berkah perang.
"Namun, mesin ekonomi yang tersisa dari pariwisata, konstruksi, dan pertanian mati satu demi satu," kata Bendelac, profesor emeritus di Universitas Ibrani Yerusalem.
Israel berhenti mengeluarkan izin kerja untuk warga Palestina setelah serangan 7 Oktober, yang menciptakan kekurangan tenaga kerja. Menurut Kav LaOved, sebuah organisasi hak-hak buruh Israel, ini merugikan Israel.
Sebelum perang, sekitar 100.000 izin tersebut meningkatkan tenaga kerja di sektor konstruksi, pertanian, dan industri, dengan puluhan ribu warga Palestina juga bekerja secara ilegal di dalam Israel.
Kav LaOved mengatakan hanya 8.000 pekerja Palestina yang dikecualikan dari larangan masuk untuk bekerja di pabrik-pabrik yang dianggap penting. Di pusat ekonomi Tel Aviv, pekerjaan konstruksi terhenti, dengan gedung pencakar langit dan proyek transportasi yang setengah jadi.
Pariwisata juga anjlok sejak 7 Oktober, dengan perang yang mengusir wisatawan dan peziarah religius.
Dari Januari hingga Juli, Israel menyambut 500.000 wisatawan, seperempat dari jumlah untuk periode yang sama tahun sebelumnya, kata kementerian pariwisata.
"Selama dua dekade terakhir, Israel tumbuh dengan konsumsi kredit, dan dalam situasi krisis banyak keluarga tidak dapat lagi membayar pinjaman mereka," menurut Bendelac.
Dia melanjutkan, biaya hidup yang tinggi dikombinasikan dengan perlambatan ekonomi akan mengakibatkan naiknya angka kemiskinan.
FRANCE 24
Pilihan editor: Hizbullah Umumkan Komandannya Tewas dalam Serangan Israel, Ini Profilnya