Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Youssef Saad, Musisi Remaja Gaza yang Bernyanyi untuk Anak-anak Korban Perang

Editor

Ida Rosdalina

image-gnews
Remaja Palestina Youssef Saad duduk di reruntuhan rumahnya sambil memainkan oud untuk membawa kegembiraan bagi anak-anak, di tengah konflik Israel-Hamas, di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara pada 2 September 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Remaja Palestina Youssef Saad duduk di reruntuhan rumahnya sambil memainkan oud untuk membawa kegembiraan bagi anak-anak, di tengah konflik Israel-Hamas, di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara pada 2 September 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Iklan

TEMPO.CO, JakartaMenantang ancaman serangan udara dan pengeboman yang terus menerus, Youssef Saad, 15 tahun, seorang pemain oud (semacam mandolin) Gaza, mengendarai sepedanya melewati jalan-jalan yang dilanda perang di kamp pengungsi Jabalia, Gaza utara, dengan alat musik diikatkan di punggungnya.

Saad bernyanyi untuk anak-anak yang telah menanggung kengerian setiap hari dalam konflik selama 11 bulan, mencoba untuk menawarkan sedikit kegembiraan atau pengalih perhatian bagi mereka.

"Rumah-rumah di kota saya dulunya penuh dengan mimpi," kata Saad, sambil menatap reruntuhan kamp pengungsi perkotaan yang telah berusia puluhan tahun, yang sebelum perang dibangun dan dihuni oleh banyak orang.

"Sekarang, semuanya telah tiada," ujarnya. Saad belajar di Konservatori Musik Nasional Edward Said di dekat Kota Gaza, sebelum akhirnya menjadi reruntuhan akibat perang yang menghancurkan sebagian besar daerah kantong tersebut.

Sekarang, tinggal bersama kerabat setelah rumahnya sendiri hancur, ia adalah salah satu dari lima bersaudara yang masa depannya telah berubah.

Ayahnya, seorang pegawai pemerintah di Otoritas Palestina, selalu mendukung impian Saad untuk menjadi seorang musisi.

Namun kini, fokus Saad telah berubah. Ia menghabiskan hari-harinya di sebuah pusat penitipan anak di Jabalia, memainkan alat musiknya dan bernyanyi untuk anak-anak yang mengalami trauma akibat perang.

Pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun dipicu pada 7 Oktober ketika kelompok Islamis Palestina, Hamas, menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang, demikian menurut perhitungan Israel.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Serangan Israel berikutnya terhadap Gaza yang dikuasai Hamas telah menewaskan lebih dari 40.800 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, membuat hampir seluruh penduduk mengungsi dan membuat daerah kantong yang terkepung itu hancur lebur.

"Setiap rumah menyimpan sebuah tragedi," ujar Saad. "Beberapa orang kehilangan ibu mereka, yang lain kehilangan ayah mereka, tetangga mereka, atau teman mereka."

Meskipun berbahaya, Saad bertekad untuk melanjutkan misinya. "Kami mencoba membantu meningkatkan kesehatan mental mereka, meskipun itu berarti membahayakan diri saya sendiri," katanya.

"Ini adalah tugas saya untuk anak-anak." Dan dia menolak untuk menyerah pada mimpinya untuk masa depan: "Kami, anak-anak Palestina, berusaha untuk tetap tangguh, bahkan dalam menghadapi genosida."

Saad mengatakan bahwa dia hidup dengan sebuah pepatah yang membawanya melewati hari-hari tergelap: "Jika Anda hidup, hiduplah dengan bebas, atau mati dengan berdiri seperti pohon."

REUTERS

Pilihan Editor: UNRWA Sebut Distribusi Vaksin Polio Cetak Kemajuan

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dokter Lintas Batas Ajukan 7 Tuntutan pada Israel dan Amerika Serikat

2 jam lalu

Bocah Palestina Ahmed Al-Deeb, yang mengalami luka bakar parah di wajah, menunggu untuk dipasangi masker wajah transparan 3D, di klinik Medecins Sans Frontieres (MSF) di Kota Gaza 8 Februari 2021. REUTERS/Mohammed Salem
Dokter Lintas Batas Ajukan 7 Tuntutan pada Israel dan Amerika Serikat

Dokter Lintas Batas prihatin selama satu tahun, sekutu Israel terus memberikan dukungan militer, sementara anak-anak di Gaza dibunuh secara massal


Dibom Tiap Hari, Dokter Lintas Batas Gambarkan Buruknya Kesehatan Warga Gaza

3 jam lalu

Sisa-sisa kendaraan MSF, yang diparkir di luar lokasi MSF ditandai dengan jelas, setelah kendaraan tersebut sengaja dihancurkan oleh pasukan Israel di Gaza, Palestina, 24 November 2023. Foto: trtworld
Dibom Tiap Hari, Dokter Lintas Batas Gambarkan Buruknya Kesehatan Warga Gaza

Dokter Lintas Batas menyebut korban pengeboman di Jalur Gaza berjatuhan setiap hari akibat serangan Israel.


Surat Wasiat Anak Gaza yang Terbunuh Bom Israel: 'Tolong, Jangan Tangisi Saya'

10 jam lalu

Rasha Al-Ar'eer yang berusia sepuluh tahun dan saudara laki-lakinya yang berusia 11 tahun, Ahmad, tewas ketika serangan udara Israel menargetkan rumah mereka di bagian timur Kota Gaza. Foto : Twitter
Surat Wasiat Anak Gaza yang Terbunuh Bom Israel: 'Tolong, Jangan Tangisi Saya'

Rasha Al-Ar'eer yang berusia 10 tahun menuliskan surat wasiat sebelum terbunuh oleh serangan udara Israel yang menargetkan rumah keluarganya di Gaza.


Ketika Mata Dunia Beralih ke Lebanon, Hal Ini yang Ditakutkan Warga Gaza

11 jam lalu

Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, 2 Oktober 2024. REUTERS/Hatem Khaled
Ketika Mata Dunia Beralih ke Lebanon, Hal Ini yang Ditakutkan Warga Gaza

Serangan-serangan Israel ke Lebanon membuat mata dunia dan laporan-laporan media massa teralihkan dari Gaza.


Dilempari Tomat dan Bawang Merah, Menlu Swedia Kabur dari Parlemen saat Debat Palestina

18 jam lalu

Malmer Stenergard. REUTERS
Dilempari Tomat dan Bawang Merah, Menlu Swedia Kabur dari Parlemen saat Debat Palestina

Aktivis pro-Palestina dengan tangan bercat merah menuduh Menlu Swedia yang baru diangkat mendukung genosida Israel di Gaza


PBB Pastikan UNIFIL Lanjutkan Misi di Lebanon, Siapkan Skenario Terburuk

18 jam lalu

Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) mengamati perbatasan Lebanon-Israel, saat mereka berdiri di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023. REUTERS/Thaier Al-Sudani
PBB Pastikan UNIFIL Lanjutkan Misi di Lebanon, Siapkan Skenario Terburuk

PBB memastikan pasukan perdamaian di Lebanon (UNIFIL)akan melanjutkan misinya.


Retno Marsudi Ungkap Alasan Masih Ada WNI di Lebanon usai Serangan Israel

18 jam lalu

Retno Marsudi/Foto: Instagram/Retno Marsudi
Retno Marsudi Ungkap Alasan Masih Ada WNI di Lebanon usai Serangan Israel

Retno Marsudi mengungkap alasan sejumlah WNI lebih memilih untuk bertahan di Lebanon.


Biden: Tak akan Ada Perang Habis-habisan di Timur Tengah, AS akan Lindungi Israel

20 jam lalu

Biden: Tak akan Ada Perang Habis-habisan di Timur Tengah, AS akan Lindungi Israel

Presiden AS Joe Biden mengatakan tidak percaya akan ada "perang habis-habisan" di Timur Tengah


Tokoh Partai Republik AS Desak Biden Percepat Pengiriman Senjata ke Israel

22 jam lalu

Perwakilan AS Michael McCaul berbicara kepada wartawan di gedung kantor Longworth House di Capitol Hill di Washington, AS, 11 Oktober 2023. REUTERS/Kevin Lamarque
Tokoh Partai Republik AS Desak Biden Percepat Pengiriman Senjata ke Israel

Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS Michael McCaul desak Biden segera kirim senjata ke Israel, termasuk bom 1 ton


Retno Marsudi Sebut Israel Ingin Lawan Narasi Kemerdekaan Palestina Lewat Media Sosial

1 hari lalu

Retno Marsudi/Foto: Instagram/Retno Marsudi
Retno Marsudi Sebut Israel Ingin Lawan Narasi Kemerdekaan Palestina Lewat Media Sosial

Retno Marsudi menyebut Israel ingin mengubah narasi perjuangan kemerdekaan Palestina lewat media sosial.