"Apapun yang saya lakukan, saya telah lakukan di dunia. Akan lebih baik untuk dihukum di dunia. Akan lebih baik daripada hukuman dari Allah. Itulah mengapa saya mengaku bersalah," kata Ajmal Kasab, warga Pakistan yang menjadi satu-satunya peneyrang yang masih hidup, di pengadilan.
Kasab tidak diharapkan mengakui kesalahannya pada Senin lalu, dalam ambil bagian serangan tiga hari yang dimulai 26 November. Aksi tersebut telah berdampak besar terhadap kota Mumbai, ekonomi India dan sebagai ibu kota hiburan.
"Jika saya digantung karena masalah ini, saya tidak sedih. Saya tidak minta ampunan dari pengadilan. Saya memahami implikasi saya menerima ini sebagai kejahatan," katanya.
Kasab, 21, telah menanggapi tuduhan oleh Kepala Jaksa Ujjwal Nikam bahwa warga Pakistan ini telah mencoba untuk meminimalkan peranannya dalam serangan untuk menghindari hukuman mati itu diduga melindungi adanya konspirasi di Pakistan. Nikam mengatakan di pengadilan bahwa bagian dari imannya itu tidak konsisten dengan bukti-bukti yang ada.
Hakim M.L. Tahiliyani belum menerima keyakinan, yang rumit yang telah mempertahankan keyakinan laki-laki ini, yang fotonya menunjukkan dia sedang berada stasiun kereta api utama di Mumbai dengan menenteng senapan. Pengakuan lainnya, menjelaskan secara rinci hubungan dengan kelompok teroganisir rapi di Pakistan.
Kasab berkata ia tidak disiksa atau dalam membuat pengakuan. "Jika seseorang berpikir bahwa saya telah mengakui kejahatan ini untuk melepaskan diri dari hukuman mati, ia harus membuang jalan pikirannya," ujarnya.
Setelah mendarat di Mumbai, 10 penyerang bersenjata berpencar untuk melaksanakan pembunuhan di stasiun kereta api, rumah sakit, pusat Yahudi dan dua hotel bintang lima. Pada awalnya, Kasab mengaku tidak bersalah atas 86 tuntutan termasuk pembunuhan dan perang melawan India.
AP| NUR HARYANTO