TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak di Gaza menyumbang hampir 40 persen anak yang tewas dalam konflik global tahun lalu, menurut laporan PBB mendatang mengenai kasus-kasus yang telah diverifikasi.
Pembunuhan lebih dari 2.000 anak-anak Palestina turut mendorong kekerasan terhadap anak-anak ke “tingkat ekstrem” pada 2023, kata Sekretaris Jenderal Antonio Guterres dalam laporan tersebut, yang ditinjau oleh Bloomberg News dan dijadwalkan akan dirilis ke publik akhir bulan ini.
Data tersebut hanya mencakup kematian yang dapat diverifikasi oleh PBB, katanya, seraya menambahkan bahwa pihaknya masih melakukan penentuan terhadap ribuan tambahan kematian warga Palestina yang dilaporkan dalam tiga bulan pertama perang.
Para pejabat Gaza pada Rabu melaporkan 15.694 anak tewas dan 17.000 anak kehilangan orang tua setelah 250 hari perang Israel di Gaza.
Korban tewas akibat perang Israel di Gaza telah mendorong upaya global untuk menghentikan pertempuran, yang gagal dicapai oleh para mediator termasuk Amerika Serikat, Qatar dan Mesir. Rincian korban tewas sulit dikonfirmasi karena pertempuran terus berlanjut.
Perang tersebut “menimbulkan skala dan intensitas pelanggaran berat terhadap anak-anak yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan permusuhan yang menyebabkan peningkatan pelanggaran berat sebesar 155 persen,” tulis Guterres dalam laporan tersebut.
PBB mengatakan tentara Israel dan sayap militer Hamas, serta Jihad Islam Palestina, tidak berbuat cukup untuk melindungi anak-anak di Gaza.
PBB mencatat bahwa laporan tersebut “tidak mewakili seluruh skala pelanggaran terhadap anak-anak, namun menyajikan tren yang telah diverifikasi oleh PBB.” Untuk memeriksa pelanggaran yang dilaporkan, PBB mengandalkan mekanisme pemantauan dan pelaporan yang mengharuskan pemantau lokal untuk memverifikasi klaim secara independen.
Laporan tahunan PBB mengamati kasus-kasus kekerasan terhadap anak di bawah 18 tahun dalam konflik di seluruh dunia. Ini adalah pertama kalinya Israel dan Hamas dimasukkan dalam daftar hitam pelaku yang “melakukan pelanggaran berat” terhadap anak-anak dalam 20 tahun lebih laporan tersebut disampaikan kepada Dewan Keamanan.
Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, yang sangat kritis terhadap organisasi tersebut, mengatakan pekan lalu bahwa memasukkan Israel dalam laporan tersebut adalah “keputusan tidak bermoral.”
Israel telah menyampaikan pernyataannya beberapa hari sebelum diberitahu tentang keputusan tersebut bahwa mereka bermaksud bekerja sama dengan PBB dalam mencegah kekerasan terhadap anak-anak, menurut seorang pejabat senior PBB yang meminta untuk tidak disebutkan namanya saat menggambarkan diskusi pribadi.
Sejak itu, mereka tidak lagi membahas masalah ini, kata orang tersebut. Misi Israel untuk PBB tidak menanggapi permintaan komentar pada Rabu.
Pilihan Editor: Pecah Rekor, UNHCR Sebut Pengungsi Tahun Lalu Tembus 117,3 Juta Orang
AL ARABIYA