Apa bedanya resolusi ini dengan resolusi-resolusi PBB sebelumnya tentang Gaza?
Resolusi ini menampilkan "gencatan senjata permanen" yang berbeda dengan resolusi sebelumnya, yang menyerukan jeda dalam pertempuran.
Selain itu, resolusi-resolusi sebelumnya juga tidak menekankan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Resolusi terakhir, yang disahkan pada 25 Maret, mengalami perubahan pada menit-menit terakhir - dari gencatan senjata "permanen" menjadi "gencatan senjata yang langgeng dan berkelanjutan" yang lebih samar. Perubahan ini atas permintaan Amerika Serikat (AS), yang menyatakan bahwa kata "permanen" dapat membahayakan hasil pemungutan suara, demikian tulis Rami Ayari dari Al Jazeera Arabic.
Resolusi Maret tersebut diajukan oleh anggota-anggota tidak tetap DK PBB dan menyerukan penghentian permusuhan selama Ramadan, yang tersisa dua minggu lagi ketika resolusi tersebut disahkan dengan 14 suara mendukung setelah AS abstain.
Setelah resolusi Maret, duta besar Aljazair mengatakan bahwa mereka akan mengakhiri "pertumpahan darah", namun sejak saat itu lebih dari 5.000 warga Palestina telah terbunuh dan ratusan rumah hancur.
Apakah 'gencatan senjata permanen' mungkin dilakukan?
Resolusi tersebut mendesak Israel dan Hamas untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk pelaksanaan "gencatan senjata permanen".
"Masalahnya di sini adalah bahwa pelaksanaan resolusi tersebut tergantung pada kesepakatan Hamas dan Israel. Saat ini, saya rasa tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan bahwa mereka menerimanya secara penuh," ujar Barari.
Hamas menginginkan "gencatan senjata permanen", sementara Israel menginginkan penghancuran Hamas sebagai syarat untuk menghentikan perang.
"Bagaimanapun, krisis politiknya adalah bahwa Netanyahu telah benar-benar menolak untuk membuat kesepakatan di mana ia berkomitmen untuk mengakhiri perang," kata Mairav Zonszein, seorang analis senior Israel dari International Crisis Group (ICG).
Dari jaksa penuntut utama Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang meminta surat perintah penangkapan bagi para pemimpin Israel hingga komunitas internasional yang menganggap pelanggaran militer Israel di Gaza sebagai genosida, perang ini telah melukai reputasi Israel yang sangat dikhawatirkan oleh banyak warga Israel, jelas Zonszein.
Ia mengatakan bahwa ia tidak merasa AS telah memberikan tekanan yang cukup terhadap Israel atau menggunakan kondisi dan bantuan untuk membuat Israel mengubah perilakunya.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Nuseirat, Kronologis Pembantaian Israel di Gaza demi Pembebasan 4 Sandera