TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Keamanan PBB mengadopsi sebuah resolusi pada Senin, 10 Juni 2024 yang mendukung proposal yang disorongkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengenai gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Dewan tersebut mendesak kedua pihak bertikai segera menerapkannya guna mengakhiri pertempuran yang telah berlangsung selama delapan bulan.
Setelah 247 hari perang Gaza, resolusi tersebut diadopsi dengan 14 suara mendukung, sementara Rusia memilih untuk abstain. Dengan ini, Dewan Keamanan PBB mendukung rencana tiga fase yang diumumkan oleh Biden pada 31 Mei 2024, yang ia gambarkan sebagai inisiatif Israel.
Resolusi tersebut menyatakan Israel telah menerimanya rencana itu, menyerukan Hamas untuk turut menyetujuinya dan “mendesak kedua belah pihak untuk sepenuhnya melaksanakan persyaratannya tanpa penundaan dan tanpa syarat.”
Hamas menyambut baik penerapan resolusi tersebut, dan mengatakan dalam sebuah pernyataan mereka siap bekerja sama dengan para mediator dalam menerapkan prinsip-prinsip rencana tersebut “yang konsisten dengan tuntutan rakyat dan perlawanan kami.”
Utusan Amerika Serikat untuk PBB, yang berbicara sebelum pemungutan suara, mengatakan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri pertempuran secara permanen.
“Hari ini kami memilih perdamaian,” kata Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Linda Thomas-Greenfield kepada dewan setelah pemungutan suara.
Aljazair, satu-satunya anggota dewan yang berasal dari negara Arab, mendukung resolusi tersebut. Duta Besar Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, mengatakan pihaknya yakin resolusi tersebut dapat mewakili langkah maju menuju gencatan senjata yang segera dan langgeng.
“Ini menawarkan secercah harapan bagi Palestina,” katanya kepada dewan. “Sudah waktunya menghentikan pembunuhan.”
Dia menegaskan kembali komitmen Aljazair terhadap akuntabilitas bagi mereka yang terbunuh di kamp pengungsi Nuseirat dan seluruh wilayah pendudukan Palestina. “Tidak ada seorang pun yang kebal. Tidak ada yang kebal hukum,” ujarnya.
Jika perintah Mahkamah Internasional (ICJ) yang meminta Israel menghentikan serangannya di Gaza tidak disetujui, maka “genosida baru akan segera terjadi”, katanya. “Oleh karena itu, tujuan kita haruslah mengakhiri pendudukan.”
Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara tersebut mencatat penerapan proposal ini akan terbagi menjadi tiga fase. Pertama mencakup gencatan senjata segera dan menyeluruh dengan pembebasan sandera, pemulangan jasad sandera yang terbunuh, pertukaran sandera dengan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel, penarikan pasukan Israel dari wilayah berpenduduk di Gaza, kembalinya warga sipil Palestina ke rumah mereka, dan distribusi bantuan kemanusiaan yang aman dan efektif dalam skala besar di seluruh Gaza.
Fase kedua mencakup penghentian permanen permusuhan dengan imbalan pembebasan semua sandera yang masih berada di Gaza, dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Fase ketiga akan menandai dimulainya rekonstruksi besar-besaran selama beberapa tahun di Gaza dan pengembalian jasad para sandera yang masih berada di Gaza kepada keluarga mereka.
Resolusi itu juga menyatakan jika perundingan memakan waktu lebih dari enam pekan untuk tahap pertama, gencatan senjata akan tetap berlanjut selama perundingan berlanjut.
Tujuan Israel tak berubah
Dalam resolusi tersebut Rusia memilih abstain karena resolusi itu dianggap kurang memuaskan bagi Rusia. Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mencatat seharusnya tidak ada proses negosiasi untuk proposal gencatan senjata. Ia juga menekankan meskipun Hamas diminta menerima apa adanya kesepakatan itu, tidak ada kejelasan mengenai persetujuan dari Israel.
Ia mengingat pula sejumlah pernyataan Israel kalau Tel Aviv akan terus berperang sampai Hamas dikalahkan, dan mengatakan Dewan Keamanan PBB tidak boleh menandatangani perjanjian dengan “parameter yang tidak jelas” dan tanpa pemahaman yang jelas tentang posisi para pihak.
Meski demikian, ia menambahkan, pihaknya tidak ingin menghalangi resolusi tersebut karena, sejauh yang dipahami, resolusi tersebut didukung oleh dunia Arab.Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan hadir pada pemungutan suara tersebut, namun tidak menyampaikan pidato. Diplomat senior Israel di PBB Reut Shapir Ben Naftaly berbicara kepada badan tersebut, mengatakan tujuan Israel di Gaza selalu jelas dan tidak berubah.
“Israel berkomitmen terhadap tujuan ini – membebaskan semua sandera, menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, serta memastikan Gaza tidak menimbulkan ancaman bagi Israel di masa depan. “Hamas-lah yang mencegah perang ini berakhir. Hamas dan Hamas sendiri.”
Sebelum pemungutan suara, utusan Amerika Serikat untuk PBB menyampaikan hal senada. Thomas-Greenfield mengatakan Hamas telah gagal menerima perjanjian apa pun, sementara Israel telah menyetujui kesepakatan komprehensif yang “hampir sama dengan usulan Hamas sendiri”.
“Sekarang kami semua menunggu Hamas menyetujui perjanjian gencatan senjata yang mereka inginkan, tapi kami tidak bisa menunggu dan menunggu,” katanya.
Sebelumnya, Hamas telah menyetujui proposal dari mediator Mesir dan Qatar pada 6 Mei, yang terdiri dari tiga fase dan akan dilakukan dalam waktu enam pekan. Proposal tersebut mengusulkan diakhirinya serangan Israel di Gaza, serta pembebasan sandera Israel dari Gaza dan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Pengumuman Hamas saat itu disambut dengan perayaan di Gaza, karena warga Palestina berharap pertempuran akan segera berakhir. Namun, Israel menolak proposal tersebut dan terus menekankan keinginannya untuk menyerang kota Rafah di Gaza selatan.
Selama berbulan-bulan, mediator dari Amerika Serikat, Mesir dan Qatar telah berusaha menengahi gencatan senjata antara kedua belah pihak. Hamas mengatakan mereka menginginkan diakhirinya perang Gaza secara permanen dan penarikan Israel dari wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu, sementara Israel telah menolak menghentikan serangan di Gaza tanpa pemulangan sandera.
REUTERS
Pilihan editor: AS Mencari Dukungan PBB bagi Proposal Kesepakatan Gencatan Senjata Biden di Gaza
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini