TEMPO.CO, Jakarta - Militer Israel membantah telah menyerang sebuah kamp tenda di sebelah barat Rafah pada Selasa setelah otoritas kesehatan Gaza mengatakan bahwa penembakan tank Israel telah menewaskan sedikitnya 21 orang di sana, di sebuah wilayah yang telah ditetapkan Israel sebagai zona evakuasi sipil.
Sebelumnya, menentang seruan Mahkamah Internasional, tank-tank Israel maju ke jantung kota Rafah untuk pertama kalinya setelah satu malam pengeboman besar-besaran, sementara Spanyol, Irlandia dan Norwegia secara resmi mengakui negara Palestina, sebuah langkah yang semakin memperdalam isolasi internasional Israel.
Militer dan pemerintah Israel memiliki sejarah panjang dan terdokumentasi dengan baik dalam membuat pernyataan-pernyataan yang salah dan menyesatkan untuk menutupi dan mengelak dari tanggung jawab atas kejahatan perang yang mereka lakukan terhadap warga Palestina. Institute for middle East Understanding (IMEU) merangkum beberapa contoh kebohongan Israel sejak 7 Oktober 2024.
Berbohong tentang penggunaan fosfor putih - Oktober 2023
Pada 10 Oktober di Lebanon dan 11 Oktober di Gaza, militer Israel menggunakan peluru fosfor putih yang melanggar hukum internasional. Israel membantah klaim tersebut, dengan menyatakan bahwa hal itu "jelas-jelas salah."
Namun, Human Rights Watch memverifikasi video-video yang menunjukkan "beberapa kali serangan udara fosfor putih yang ditembakkan artileri" yang diluncurkan oleh militer Israel di atas pelabuhan Kota Gaza dan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon, dan menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional. Amnesty International juga mendokumentasikan keberadaan peluru fosfor putih di sebuah pangkalan militer Israel di Israel selatan dekat Gaza.
Israel juga menuduh Hamas menembakkan peluru fosfor putih pada 2009, sebuah klaim yang menurut Human Rights Watch tidak benar.
Menuduh Hamas memenggal kepala anak-anak
Militer Israel dan kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa para pejuang Hamas memenggal kepala hingga 40 anak dalam serangan mereka pada 7 Oktober di kota Kfar Aza. Tuduhan yang membakar semangat ini menyebar dengan cepat dan diulangi secara luas di media dan oleh Presiden Joe Biden, yang secara keliru mengklaim dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin Yahudi bahwa ia secara pribadi melihat foto-foto anak-anak yang dipenggal. Gedung Putih akhirnya mengakui bahwa ia tidak melihat foto-foto seperti itu dan bahwa Amerika Serikat belum memverifikasi klaim tersebut.
Namun, para jurnalis Israel yang mengunjungi lokasi pemenggalan tidak melihat adanya bukti yang mendukung tuduhan tersebut dan para pejabat militer Israel yang mendampingi mereka juga tidak menyinggungnya. Tentara Israel kemudian menolak untuk mengkonfirmasi klaim tersebut dan lebih dari seminggu kemudian tidak ada bukti yang muncul untuk mendukungnya.