TEMPO.CO, Jakarta - Malaysia mendesak masyarakat internasional, termasuk negara anggota Konvensi Genosida, mengambil langkah untuk melaksanakan keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) terhadap Israel. Ini untuk menghilangkan impunitas dan terus berupaya mencapai perdamaian abadi di Timur Tengah.
Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam siaran pers yang diakses di Kuching, Sarawak, Selasa 28 Mei 2024, mengatakan serangan terus-menerus Israel, tanpa belas kasih dan disengaja terhadap rakyat Palestina melanggar keputusan ICJ pada 24 Mei 2024 lalu yang menuntut serangan tentara Israel di Rafah dihentikan segera.
Wisma Putra menyebut tindakan Israel terus mengabaikan keputusan Mahkamah Internasional menunjukkan sikap tidak hormat terhadap badan peradilan tertinggi di dunia dan prinsip-prinsip yang dijunjungnya.
Israel telah menyerang beberapa kamp perlindungan Palestina di Tal as-Sultan, Jabalia, Nuseirat dan Kota Gaza dalam waktu 24 jam yang telah menewaskan hampir 200 warga sipil tak berdosa.
Sebanyak 35.984 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak tewas, dan banyak lagi yang terluka, selama konflik yang berlangsung selama 234 hari tersebut.
Siaran pers itu menyebutkan ketidakpedulian masyarakat internasional terhadap kekejaman itu akan memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza yang semakin kritis, merusak tatanan dunia yang jelas-jelas berlandaskan prinsip keadilan dan hukum internasional.
Kekerasan yang sedang berlangsung hanya dapat dihentikan melalui upaya yang berkomitmen menuju perjanjian perdamaian yang komprehensif, untuk memastikan bahwa rakyat Palestina dapat hidup bermartabat, terhormat, dan aman di masa depan.
Desakan ini dipicu oleh serangan udara terbaru Israel terhadap zona kemanusiaan di Kota Rafah, Jalur Gaza, telah menewaskan sedikitnya 45 orang dan mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.
Video yang viral di sosial media menunjukkan seorang pria menggendong jasad bayi tanpa kepala akibat serangan itu. Sementara jasad-jasad pengungsi yang terbakar hidup-hidup bergeletakan di tanah.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Kementerian tersebut bahkan menyebut bahwa sejumlah besar alat pembunuh massal dikumpulkan dan digunakan bersama-sama di depan dunia yang dulu ada dalam sejarah, kini terjadi di Gaza.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengonfirmasi melalui Telegram bahwa serangan itu dilakukan pada Ahad di daerah Tal as Sultan, di Rafah barat laut, "berdasarkan intelijen yang tepat" dan melenyapkan salah satu pemimpin Hamas.
“Sebuah pesawat IAF (Angkatan Udara Israel) dalam serangan berbasis intelijen IDF dan ISA (Badan Keamanan Israel), melenyapkan teroris Yassin Rabia, Komandan kepemimpinan Hamas di Yudea dan Samaria, serta Khaled Nagar, seorang senior resmi di sayap Hamas di Yudea dan Samaria,” kata IDF.
Namun, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahui kemudian mengakui bahwa serangan itu merupakan kesalahan dan berjanji akan melakukan penyelidikan.
Sebelumnya pada 7 Oktober 2023, gerakan Palestina Hamas melancarkan serangan skala besar terhadap Israel. Hampir 1.139 orang di Israel tewas dan sekitar 240 lainnya diculik dalam serangan tersebut.
Israel membalas dendam dengan membantai hampir 36 ribu warga Palestina di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Pilihan Editor: Ketika Dunia Mengutuk Israel, Dua Negara Ini Tetap Membela
ANTARA | REUTERS