TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak melonjak pada hari Jumat karena laporan bahwa Israel menyerang Iran telah mengguncang pasar. Dugaan serangan Israel ke Iran itu memicu kekhawatiran bahwa pasokan minyak Timur Tengah dapat terganggu.
Kontrak acuan melonjak lebih dari US$ 3 sebelum sedikit turun. Pada pukul 06.15 GMT (16.15 WIB), Brent berjangka naik US$ 1,40, atau 1,61 persen menjadi US$ 88,51 per barel. Kontrak West Texas Intermediate AS yang paling aktif naik US$ 1,38, atau 1,68 persen, menjadi US$ 83,48 per barel.
Dilansir dari Reuters, Israel dikabarkan melancarkan serangan ke wilayah Iran pada hari Jumat, 19 April 2024. Serangan ini telah dibantah oleh Iran. Peristiwa ini membuat konflik kedua negara dikhawatirkan akan bertambah panas.
Media Iran melaporkan ledakan tersebut, namun seorang pejabat Iran mengatakan bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh sistem pertahanan udara. Media pemerintah mengatakan tiga drone di pusat kota Isfahan telah ditembak jatuh.
“Meningkatnya premi risiko geopolitik berarti menghindari risiko pada saat ini dengan meningkatnya risiko gangguan pasokan minyak setidaknya dalam jangka pendek,” kata Kelvin Wong, analis OANDA di Singapura.
“Eskalasi lebih lanjut (menunjukkan) bahwa aksi balas dendam antara kedua belah pihak akan berlangsung lebih lama,” kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG di Singapura.
Serangan balik Iran menimbulkan risiko signifikan terhadap perluasan konflik ke konflik regional dan berpotensi membahayakan pasokan minyak. Sementara itu, harga minyak mungkin tetap terdukung karena ketegangan akan terus meningkat, menurut Yeap.
Iran pada akhir pekan lalu meluncurkan ratusan drone dan rudal sebagai serangan balasan setelah dugaan serangan Israel terhadap kompleks kedutaan besarnya di Suriah. Sebagian besar drone dan rudal ditembak jatuh sebelum mencapai wilayah Israel, dengan kerusakan dan korban jiwa yang minimal.
Investor telah memantau dengan cermat reaksi Israel terhadap serangan pesawat tak berawak Iran pada 13 April. Premi risiko geopolitik pada harga minyak telah melemah pada minggu ini karena adanya persepsi bahwa setiap pembalasan Israel terhadap serangan Iran akan dimoderasi oleh tekanan internasional.
REUTERS
Pilihan editor: Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB