TEMPO.CO, Jakarta - Militer Israel mengatakan pada Rabu 20 Maret 2024 telah membunuh sekitar 90 pria dan menangkap 160 orang dalam serangan hari ketiga di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza. Israel mengklaim puluhan pria yang mereka bunuh adalah kelompok bersenjata.
Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza sebelum perang, kini menjadi salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang masih beroperasi sebagian di bagian utara wilayah tersebut. Fasilitas kesehatan ini juga menampung sekitar 30 ribu warga sipil Palestina yang kehilangan tempat tinggal.
“Selama beberapa hari terakhir, pasukan telah membasmi kelompok yang menempatkan senjata di area rumah sakit, sekaligus mencegah bahaya terhadap warga sipil, pasien, tim medis, dan peralatan medis,” kata militer Israel.
Penggerebekan Israel di rumah sakit dimulai pada Senin dini hari. Militer mengatakan telah mengirimkan pasukan khusus yang didukung oleh infanteri dan tank, berdasarkan intelijen bahwa rumah sakit tersebut kembali digunakan oleh orang-orang bersenjata.
Israel menghadapi kritik keras pada November lalu ketika tentara pertama kali menggerebek Rumah Sakit Al-Shifa. Pasukan menemukan terowongan di sana yang menurut mereka digunakan sebagai pusat komando dan kendali Hamas.
Hamas dan staf medis menyangkal rumah sakit itu digunakan untuk tujuan militer atau untuk melindungi para pejuang.
Pengungsi yang berlindung di Rumah Sakit al-Shifa mengisahkan kengerian saat ditahan selama berjam-jam selama penyerbuan dan pengepungan kompleks medis tersebut oleh tentara Israel.
“Kami berada di salah satu gedung di dalam Kompleks Medis Shifa,” kata Saleh Abu Sakran. “Tentara menembaki gedung tempat kami berada. Mereka meminta kami melepas pakaian kami dan pergi ke halaman rumah sakit dan mendudukkan kami di dalam bangunan tempat tinggal di sebelah rumah sakit, tempat kami diinterogasi.”
Tentara memerintahkan mereka menuju wilayah selatan Jalur Gaza pada Selasa malam. Abu Sakran mengatakan nasib para pengungsi di Rumah Sakit al-Shifa masih belum diketahui.
Seorang wanita menceritakan cobaan berat yang dia hadapi saat keluar dari rumah sakit al-Shifa secara paksa.
“Saya menghadapi kesulitan besar saat berjalan di antara kendaraan dan buldoser Israel, dan anak-anak sangat menderita, dan tank-tank menembaki kami,” kata wanita yang menderita diabetes tersebut.
“Gaza bukanlah Gaza, semua tempat hancur. Kami sudah tiga hari tidak makan. Saya merasa seperti saya akan mati.”
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober meningkat menjadi 31.923 orang pada Rabu, dan 74,96 lainnya luka-luka. Dalam 24 jam terakhir, 104 warga Palestina tewas dan 162 lainnya luka-luka.
Pilihan Editor: Jurnalis Al Jazeera Dipukuli, Ditangkap Pasukan Israel dari Rumah Sakit Al Shifa
REUTERS | AL JAZEERA