TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat mengerahkan empat kapal tentara Angkatan Darat untuk membangun pelabuhan sementara di Pantai Gaza. Kapal ini telah berangkat dari pangkalan di Virginia pada Selasa, 12 Maret 2024 yang membawa sekitar 100 tentara dan peralatan yang diperlukan.
Pelabuhan di Pantai Gaza ini untuk memudahkan pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan warga Palestina. Perahu pertama yang berukuran besar bercat bercat abu-abu yang dikenal sebagai Kapal Pendukung Logistik, perlahan-lahan menjauh dari dermaga di Pangkalan Gabungan Langley-Eustis.
Kapal tersebut diikuti oleh tiga kapal kecil yang juga akan melakukan perjalanan sekitar 30 hari ke Mediterania timur untuk misi pelabuhan, bagian dari upaya AS untuk meningkatkan bantuan bagi Gaza ketika Israel menunda pengiriman bantuan melalui darat.
Pelabuhan ini dibangun untuk memindahkan bantuan dari kapal yang lebih besar ke kapal yang lebih kecil. Menurut Brigadir Jenderal Angkatan Darat AS Brad Hinson, fasilitas ini ditargetkan akan beroperasi dalam waktu 60 hari.
Melalui pelabuhan sementara ini, AS akan mengirimkan dua juta makanan, atau dua juta botol air, ke darat setiap hari. Pembangunan fasilitas pelabuhan ini akan menghindari pengiriman bantuan melalui perjalanan darat di Gaza.
“Saya tidak akan menjelaskan secara spesifik dengan siapa kami bekerja untuk memasang jangkar di dermaga tersebut, namun kami akan mendapat bantuan,” kata Hinson. Ia juga menolak membahas langkah-langkah keamanan.
Ketika ditanya apakah pengerahan bantuan yang direncanakan akan tetap dilakukan tanpa adanya gencatan senjata di Gaza, Hinson hanya menjawab, “Kami memiliki niat untuk meningkatkan kemampuan ini selama 60 hari ke depan."
Sebanyak 500 tentara dari Brigade Transportasi ke-7 (Ekspedisi) akan ikut membangun pelabuhan sementara di Gaza. “Mereka dapat memberikan dukungan keberlanjutan di atas air di lingkungan yang sulit. Mereka dilatih untuk melakukan hal ini, dan mereka telah melakukan banyak latihan agar siap memberikan kemampuan ini,” katanya.
Blokade yang dilakukan Israel di Gaza membuat warga Palestina kelaparan. Puasa tahun ini dijalani warga dalam suasana suram dan mencekam karena perundingan gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas di Jalur Gaza terhenti.
Warga Palestina khususnya yang berada di Jalur Gaza harus menjalankan ibadah puasa dihantui dengan krisis pangan dan kelaparan. Meskipun ada makanan, namun hanya makanan kaleng yang tersedia. Sementara, makanan tersebut harganya juga terlalu mahal bagi banyak warga Palestina.
Israel melancarkan serangan besar-besaran di Gaza setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Lebih dari 30.000 warga Palestina menjadi korban, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
CNA | REUTERS
Pilihan editor: Prabowo Dapat Ucapan Selamat dari Raja Yordania, Disapa My Brother