TEMPO.CO, Jakarta - Seorang tentara Amerika Serikat berpangkat sersan Angkatan Darat didakwa membocorkan informasi rahasia ke Cina. Informasi rahasia itu ditukar dengan uang senilai US$ 42.000 atau setara Rp 650 juta.
Jaksa penuntut mengatakan tersangka tentara AS itu bernama Sersan Korbein Schultz berulang kali mengirimkan dokumen sensitif tentang beberapa senjata paling canggih milik militer kepada warga negara asing yang mengaku tinggal di Hong Kong. Jaksa mengatakan Schultz, yang bertugas sebagai analis intelijen di Batalyon Infanteri 506, berulang kali menggunakan izin keamanan sangat rahasia untuk mengakses dokumen rahasia, yang kemudian diduga dikirimkannya kepada warga negara asing tersebut.
Schultz didakwa melakukan konspirasi untuk mendapatkan dan mengungkapkan informasi pertahanan negara, mengekspor data teknis terkait artikel pertahanan tanpa izin, konspirasi untuk mengekspor artikel pertahanan tanpa izin, dan penyuapan terhadap pejabat publik. Belum jelas apakah Schultz memiliki perwakilan hukum.
“Penjualan tidak sah atas informasi tersebut melanggar undang-undang keamanan nasional, membahayakan keselamatan kita, dan tidak dapat ditoleransi,” kata Henry C. Leventis, pengacara AS untuk Distrik Tengah Tennessee.
Warga negara asing tersebut, yang diidentifikasi hanya sebagai Konspirator A dalam dakwaan federal, menghubungi Schultz selama musim panas 2022. Ia meminta informasi tentang pelajaran yang didapat dari perang di Ukraina dan apa yang diajarkan AS tentang membela Taiwan. Jaksa mengatakan Schultz dibayar US$ 200 untuk dokumen pertama. Menurut jaksa, Schultz terus memberi infomasi rahasia setelah itu.
Pada bulan Juli 2022, Schultz mengatakan kepada kliennya itu bahwa dia ingin mengubah hubungan mereka menjadi kemitraan jangka panjang, menurut dakwaan. Selama beberapa bulan berikutnya, Schultz diduga mulai mengirimkan dokumen tentang sistem peluncur roket HIMARS, rudal hipersonik, informasi tentang militer Cina, dan jet tempur F-22, salah satu pesawat tercanggih Amerika.
“Saya akan terus mengirimi Anda informasi yang berlimpah,” kata Schultz kepada konspirator tersebut pada akhir Agustus 2022. Schultz berharap dia bisa menjadi “Jason Bourne,” menurut dakwaan tersebut, yang mengacu pada pembunuh fiktif CIA dalam film.