TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong membela kesepakatan eksklusif negaranya dengan penyanyi Taylor Swift, dengan memberikan insentif agar musisi tersebut menjadikan Singapura sebagai satu-satunya perhentian di Asia Tenggara untuk tur dunianya. Menurut Lee, keputusan tersebut bukan merupakan tindakan yang tak bersahabat terhadap negara-negara tetangga di ASEAN.
“Agensi (kami) menegosiasikan perjanjian dengan dia untuk datang ke Singapura untuk tampil dan menjadikan Singapura satu-satunya tempat persinggahannya di Asia Tenggara. Ternyata ini merupakan pengaturan yang sangat sukses. Saya tidak melihatnya sebagai tindakan yang tidak bersahabat,” kata Lee saat konferensi pers di Melbourne pada Selasa, 5 Maret 2024.
Swift sedang menjalani enam pertunjukan yang terjual habis di National Stadium dengan kapasitas 55 ribu kursi, dan dia tidak akan singgah lagi di negara Asia Tenggara selain Singapura. Singapura telah memberi Swift hibah untuk tampil di sana, tanpa menyebutkan ketentuan kesepakatannya.
Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin pada Februari 2024 mengatakan dia akhirnya tahu mengapa Swift tidak singgah ke negaranya. Menurut dia, promotor konser Anschutz Entertainment Group (AEG) memberitahunya bahwa pemerintah Singapura secara finansial mendukung konser Swift, menawarkan US$2 juta (Rp 31 miliar) hingga USD3 juta (Rp 47 miliar) per pertunjukan sebagai imbalan atas eksklusivitas di Asia Tenggara. Konser The Eras Tour dari Taylor Swift resmi digelar di Singapura pada 2 Maret 2024 sampai 9 Maret 2024. Perdana Menteri Thavisin memuji pemerintah Singapura, menyebutnya “cerdik” atas langkah tersebut.
“Jika dia datang ke Thailand, akan lebih murah untuk menyelenggarakannya di sini, dan saya yakin dia akan mampu menarik lebih banyak sponsor dan wisatawan ke Thailand,” katanya. “Konser bisa menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian.”
Pada bulan lalu, dewan pariwisata dan kementerian kebudayaan Singapura menyinggung manfaat ekonomi yang didapat dari konser Swift di seluruh dunia karena popularitasnya. Mereka mengatakan kementerian telah bekerja sama dengan AEG agar Swift bisa tampil di Singapura.
Seorang anggota parlemen Filipina, Joey Salceda, mengatakan langkah Singapura bukanlah tindakan yang dilakukan oleh negara tetangga yang baik. “Negara kita adalah teman baik, itulah mengapa tindakan seperti itu menyakitkan,” kata Salceda, dikutip dari Straits Times, yang menambahkan dia mengklaim tindakan Singapura merugikan hubungan dengan Manila.
REUTERS | SKY NEWS | BANGKOK POST
Pilihan editor: Kapal Penangkap Ikan Kecelakaan di Jepang, 20 ABK WNI Selamat
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini