PENGIRIMAN BANTUAN
Bencana kemanusiaan sedang terjadi di Jalur Gaza, khususnya di bagian utara, setelah hampir lima bulan serangan udara dan darat Israel yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong pantai yang padat penduduk dan mendorongnya ke ambang kelaparan.
Hal ini diperburuk dengan blokade total Israel terhadap bantuan kemanusiaan ke wilayah itu. Berdasar catatan sejumlah pihak, sejak keputusan sementara Mahkamah Internasional (ICJ) agar Israel tidak menghalangi bantuan kemanusiaan, hanya 10 persen dari kebutuhan harian warga Gaza yang diizinkan masuk.
Dengan banyaknya orang yang memakan pakan ternak dan bahkan kaktus untuk bertahan hidup, dan para petugas medis mengatakan anak-anak sekarat di rumah sakit karena kekurangan gizi dan dehidrasi, PBB mengatakan mereka menghadapi “hambatan besar” dalam mendapatkan bantuan.
Badan kemanusiaan PBB, OCHA, mengatakan hambatan yang dihadapi termasuk “penutupan jalan raya oleh Israel, pembatasan pergerakan dan komunikasi, prosedur pemeriksaan yang sulit, kerusuhan, jalan rusak, dan persenjataan yang tidak meledak.”
Pekan lalu, PBB mengatakan aliran bantuan ke Gaza semakin berkurang dan semakin sulit mendistribusikan bantuan di wilayah tersebut karena buruknya keamanan, dengan sebagian besar penduduk dikurung di kamp-kamp darurat.
Israel mengatakan tidak ada batasan bantuan kemanusiaan di Gaza dan mengatakan jumlah dan kecepatan pengiriman bergantung pada PBB.
Militer Israel mengatakan pengiriman pada Kamis itu dilakukan oleh kontraktor swasta sebagai bagian dari operasi bantuan yang telah mereka awasi selama empat hari sebelumnya.
Juru bicara OCHA Jens Laerke mengatakan pengiriman tersebut dilakukan tanpa koordinasi dengan PBB.
Serangan Israel telah menghancurkan pemerintahan Hamas yang sebelumnya mengelola Gaza dan membuat polisi kota tidak berdaya. Sementara pekerjaan badan utama PBB yang beroperasi di daerah kantong tersebut (UNRWA) terhambat oleh tuduhan Israel bahwa mereka terlibat dalam serangan 7 Oktober, yang mereka bantah.
“Pembantaian tragis ini, demikian beberapa orang menyebutnya, merupakan ilustrasi mengapa UNRWA perlu mendistribusikan bantuan di Gaza untuk mencegah kelaparan massal, yang sudah dimulai,” kata Chris Gunness, mantan juru bicara UNRWA.
“Ini adalah gambaran bahwa Anda tidak bisa menyerahkan perlindungan warga Palestina di Gaza dalam hal ketahanan pangan kepada Israel,” tambahnya.
Serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan 1.140 orang, dan menyebabkan 253 sandera, menurut penghitungan Israel.
Kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 30.200 warga Palestina di Gaza, kata otoritas kesehatan di daerah kantong yang dikelola Hamas.
Dengan bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza, banyak negara telah mendesak gencatan senjata. Namun, Presiden AS Joe Biden mengatakan insiden Kamis ini akan mempersulit perundingan untuk mencapai kesepakatan yang melibatkan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Pilihan Editor: AS Kembali Veto Dewan Keamanan PBB yang Kecam Israel atas Pembantaian Antrean Warga Gaza
REUTERS