TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won-sik meminta rumah sakit militer untuk memberi pelayanan medis bagi pasien sipil setelah ribuan dokter residen mogok kerja besar-besaran. Aksi mogok ini mengganggu operasional rumah-rumah sakit besar.
Shin menyampaikan seruan tersebut selama kunjungannya ke rumah sakit militer di Yangju, utara Seoul pada Rabu, 21 Februari 2024. Ini bertepatan dengan hari kedua ribuan dokter residen melakukan pemogokan sebagai protes terhadap rencana peningkatan kuota penerimaan fakultas kedokteran.
“Militer ada untuk melindungi nyawa dan keselamatan masyarakat. (Rumah sakit militer) harus memperlakukan warga dengan baik sehingga mereka tidak merasa tidak nyaman saat menggunakan rumah sakit militer,” kata Shin saat konferensi video dengan kepala 12 rumah sakit militer, dilansir kantor berita Yonhap.
Menteri itu menginstruksikan rumah sakit militer untuk menugaskan personel medis tambahan dan mengelola staf untuk bersiap menghadapi pemogokan yang berkepanjangan di sektor sipil, kata kementerian tersebut.
Sejauh ini, 10 pasien sipil telah dirawat di rumah sakit militer, menurut kementerian. Ruang gawat darurat rumah sakit militer di seluruh negeri telah dibuka untuk umum sejak Selasa untuk menghilangkan kekhawatiran kesehatan masyarakat atas layanan darurat di tengah pemogokan.
Ruang gawat darurat di rumah sakit militer telah menerima warga sipil sebelum aksi pemogokan para dokter. Namun, rumah sakit militer sulit diakses sipil karena adanya prosedur keamanan yang harus dilalui.
Lebih dari 70 persen atau 8.816 dokter junior yang melakukan mogok menyatakan bahwa pemerintah Korea Selatan “kurang transparan”, dan bahwa langkah untuk meningkatkan jumlah mahasiswa kedokteran akan “mengganggu” kualitas pendidikan dan layanan kedokteran.
Sedangkan, pemerintah mengatakan penambahan 2.000 kursi merupakan hal “penting” untuk mengatasi kekurangan dokter, terutama di daerah pedesaan dan spesialisasi penting. Saat ini, pendaftaran tahunan kursi medis di Korea Selatan adalah 3.058 orang.
Sebanyak 7.813 dokter telah meninggalkan tempat kerja mereka dari awal pemogokan. Sistem layanan kesehatan Korea Selatan sangat bergantung pada dokter yang masih dalam tahap pelatihan, terutama dalam bidang perawatan darurat dan akut.
Pemerintah Korea Selatan berniat meningkatkan penerimaan mahasiswa baru di sekolah kedokteran yang semula berjumlah tiga ribu orang menjadi lima ribu orang mulai tahun depan dan akan diperbanyak lagi menjadi 10 ribu mahasiswa pada 2035.
Pemerintah mengatakan peningkatan ini dimaksudkan untuk mengisi kekurangan 15.000 dokter, yang diperburuk oleh populasi cepat menua di negara tersebut, yang diperkirakan terjadi pada 2035.
Rencana tersebut juga akan meningkatkan investasi dan menaikkan gaji para dokter di wilayah regional dan pedesaan untuk mempertahankan layanan kesehatan penting di sana.
Namun, mahasiswa kedokteran dan juga para dokter yang mengikuti aksi protes ini menyatakan, Korea Selatan sudah memiliki cukup dokter. Menurut mereka, seharusnya pemerintah meningkatkan pendapatan dan kondisi kerja sebelum memutuskan merekrut lebih banyak mahasiswa.
Dokter residen biasanya bekerja 80 hingga 100 jam, lima hari seminggu, atau hingga 20 jam sehari, kondisi yang menurut mereka perlu diatasi dengan mempekerjakan lebih banyak staf senior, dan tidak menambah jumlah dokter residen maupun mahasiswa kedokteran.
Rata-rata, dokter spesialis di Korea Selatan merupakan salah satu dokter spesialis dengan bayaran tertinggi di antara negara-negara maju, dengan pendapatan tahunan rata-rata sebesar US$192.749 pada 2020, menurut data OECD.
Namun, dokter umum dibayar lebih rendah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat disparitas pendapatan dokter spesialis yang signifikan tergantung pada bidangnya.
Dokter anak merupakan dokter dengan bayaran paling rendah, dengan penghasilan 57 persen lebih rendah dari rata-rata keseluruhan. Sementara dokter bedah plastik dan dokter kulit di praktik swasta biasanya dibayar lebih baik.
Pilihan Editor: Ribuan Dokter di Korea Selatan Mogok Kerja, Berimbas ke Jadwal Operasi hingga Terapi Kanker
YONHAP NEWS AGENCY | ANADOLU