TEMPO.CO, Jakarta - Dua lembaga yakni Commission of Detainees’ Affairs dan the Palestinian Prisoner Society pada Sabtu, 17 Februari 2024, mengumumkan jumlah tahanan Palestina di Tepi Barat naik sejak serangan 7 Oktober 2023. Warga Palestina yang ditahan oleh Israel bertambah menjadi 7.060 orang setelah ada tambahan 20 orang.
“Militer Israel menahan setidaknya 20 warga Palestina di Tepi Barat dalam tempo 24 jam, termasuk perempuan, mantan tahanan dan anggota keluarga korban penembakan di Yerusalem,” demikian keterangan bersama yang diterbitkan Commission of Detainees’ Affairs dan the Palestinian Prisoner Society.
Sebagian besar penangkapan terjadi di wilayah Hebron, Ramallah, Yerusalem, Nablus, Jenin dan Salfit. Dua lembaga tersebut menyoroti buruknya penyiksaan yang dilakukan, pemukulan, ancaman pada anggota keluarga para tahanan, sabotase, pengerusakan rumah-rumah warga, penyitaan uang dan kendaraan warga .
Menurut data dari kedua lembaga tersebut, sampai akhir Januari 2024 jumlah tahanan Palestina di penjara-penjara Israel sudah lebih dari 9 ribu orang. Dari jumlah itu, 3.484 tahanan administratif dan 606 masuk kategori pejuang non-reguler yang ditahan dari Gaza.
Penahanan administratif adalah hukuman penjara berdasarkan perintah militer Israel atas tuduhan ancaman keamanan, namun tidak ada surat dakwaan. Penahanan ini bisa diperpanjang sampai enam bulan atau sering pula diperbaharui lagi.
Mahkamah Internasional atau ICC memutuskan Israel telah melakukan genosida. Dalam putusan internal pada Januari 2024, Tel Aviv diperintahkan menghentikan segala tindakan genosida dan mengambil kebijakan untuk menjamin bantuan kemanusiaan yang ditujukan untuk warga sipil Gaza.
Sedangkan Kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu, 18 Februari 2024, sudah menerbitkan sebuah deklarasi yang mengkonfirmasi penolakan pada keputusan internasional mengenai perjanjian permanen dengan warga Palestina, khususnya soal pengakuan Palestina sebagai negara. Sebab langkah seperti itu sama dengan memberi kado besar pada teroris.
Netanyahu pun berulang kali bersumpah akan melanjutkan perang hingga kemenangan penuh diraih, warga negara Israel yang disandera kelompok Hamas dibebaskan dan pemimpin Hamas tewas. Netanyahu pun berjanji menentang segala bentuk upaya untuk mengakhiri perang yang hanya meninggalkan kemungkinan terbentuknya kembali Hamas.
Sumber: middleeastmonitor.com
Pilihan editor: Menteri di Israel Kompak Tolak Pembentukan Negara Palestina
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini