Nakba Kedua
Saat ini tinggal di tenda di Rafah, Um Zaki mengaku tidak punya tempat tujuan bersama kelima anaknya, karena sudah dua kali mengungsi.
“Mungkin mereka akan memaksa kami masuk ke Sinai dengan mengirimkan tank-tank tersebut, beberapa orang tidak akan berpikir dua kali dan akan memanjat tembok untuk menyelamatkan nyawa mereka dan anak-anak mereka, dan tidak ada yang boleh menyalahkan mereka,” kata pria berusia 49 tahun itu kepada Reuters lewat telepon.
“Bukan itu yang saya takutkan. Saya takut ini akan menjadi Nakba kedua dan bahwa kami tidak akan kembali ke Gaza,” ia menambahkan.
“Pada 1948, negara-negara Arab meyakinkan orang tua kami di Jaffa dan tempat lain bahwa mereka hanya perlu menunggu beberapa hari sebelum mereka kembali dan di sinilah kita, 75 tahun pengungsian,” katanya.
"Apakah akan ada kesepakatan pada menit-menit terakhir untuk menyelamatkan Rafah, menyelamatkan Jalur Gaza? Saya hanya berharap keajaiban terjadi."
Israel mengatakan mereka harus pergi ke Rafah untuk memusnahkan “benteng terakhir” Hamas, kelompok Islam Palestina di balik serangan 7 Oktober ke Israel di mana militan membunuh 1.200 orang dan menculik sekitar 250 orang lainnya, menurut penghitungan Israel.
Serangan Israel yang dilancarkan sebagai respons telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza dan menewaskan lebih dari 28.000 orang, menurut otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan kepada Reuters pada Jumat bahwa limpahan pengungsi dari Rafah ke Mesir akan menjadi bencana dan pihak berwenang Mesir telah menegaskan bahwa warga Palestina harus dibantu di wilayah tersebut.
"Ini akan menjadi bencana bagi Palestina... bencana bagi Mesir dan bencana bagi masa depan perdamaian," kata Filippo Grandi kepada Reuters di sela-sela Konferensi Keamanan Munich.
Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan pada Kamis bahwa berpikir orang-orang di Gaza dapat mengungsi ke tempat yang aman adalah sebuah "ilusi" dan memperingatkan kemungkinan warga Palestina akan mengungsi ke Mesir jika Israel melancarkan operasi militer di Rafah.
Ia menyebut skenario ini “semacam mimpi buruk Mesir”.
REUTERS
Pilihan Editor: Profil Alexei Navalny, Musuh Abadi Putin yang Tewas di Penjara