Saat berkampanye, Prabowo berjanji akan meneruskan program Jokowi. Namun para analis mengatakan janji Prabowo itu tak bisa dijamin. “Kuncinya di sini adalah keberpihakan Prabowo dengan Jokowi lebih merupakan strategi elektoral, bukan strategi pemerintahan,” kata Doug Ramage, dari BowerGroupAsia. “Jangan salah, Prabowo akan menjadi presiden sendiri.”
Jutaan pemilih di Indonesia memperhitungkan bahwa Jokowi akan terus menggunakan pengaruhnya melalui putranya, Gibran Rakabuming Raka, 36 tahun. Namun kantor wakil presiden hanya mempunyai sedikit kekuasaan.
Perbedaan pendapat mengenai penunjukan kabinet, rencana ibu kota baru, belanja militer dan layanan sosial, serta penempatan anggota keluarga di pemerintahan, semuanya dapat memperburuk hubungan antara Jokowi dan Prabowo, menurut analis politik Kevin O'Rourke.
“Ini semua adalah hal-hal yang berpotensi menjadi perpecahan di antara mereka karena pengaturan ini, dimana Jokowi yang akan berakhir masa jabatannya berharap programnya diteruskan oleh penggantinya. Ini patut dipertanyakan mengingat latar belakang mereka yang sangat berbeda,” katanya.
Berbeda dengan Jokowi, Prabowo berasal dari keluarga elit, putra seorang ekonom terkemuka Indonesia dan mantan menantu mantan penguasa otoriter Indonesia, Suharto.
Para analis mengatakan pemerintahan Prabowo kemungkinan akan memainkan peran yang lebih besar dalam perekonomian. Kabinet Prabowo akan pragmatis dengan menunjuk menteri dari kalangan loyalis, partai politik, dan teknokrat.
“Skenario optimisnya adalah kita akan memiliki masa kepresidenan seperti yang dilakukan Jokowi, di mana kita akan melihat terus berkurangnya hak-hak dan institusi tanpa menyebabkan keruntuhan demokrasi secara drastis. Meskipun demikian, akan ada perlakuan yang lebih terbuka dan penuh dendam terhadap orang-orang yang dianggap sebagai musuh," kata Gammon.
REUTERS
Pilihan editor: Netanyahu Temui Direktur CIA dalam Kunjungan Mendadak ke Israel