TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrat Amerika Serikat menekan Ketua DPR AS (Amerika Serikat) dari Partai Republik Mike Johnson agar mau ketok palu untuk RUU paket bantuan keamanan, yang meliputi lebih dari USD60 miliar untuk Ukraina (Rp939 triliun). RUU itu sudah diloloskan oleh Senat Amerika Serikat pada Selasa, 13 Februari 2024, setelah sekelompok politikus Partai Republik memutuskan untuk memihak Partai Demokrat.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendesak DPR AS agar mengikuti langkah Senat dengan alasan mengulur-ulur waktu untuk memberikan persetujuan pada RUU itu bakal menimbulkan kerugian.
“Apakah Anda akan berdiri untuk kebebasan atau Anda akan berjalan berdampingan dengan teror dan tirani? Apakah Anda akan berdiri bersama Ukraina atau berdiri bersama Putin ? Akankan kita berdiri bersama warga Amerika atau bersama Trump?,” kata Biden dihadapan anggota DPR AS.
Sebelumnya mantan Presiden Amerika Serikat sudah mengkritisi cara Pemerintahan Biden menangani perang Ukraina. Trump berkeras dia bisa mengatasi permasalahan itu dalam tempo 24 jam saja jika dia menjabat sebagai orang nomor satu di Negeri Abang Sam.
Sedangkan Biden menilai RUU paket bantuan keamanan sudah mendapat cukup dukungan di DPR AS sehingga dia pun mendesak Johnson agar jangan cuma berdiri saja. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga ikut buka suara dengan mengatakan merupakan pilihan moral yang kuat bagi Amerika Serikat yang akan menguntungkan keamanan bagi kedua negara.
Akan tetapi, Johnson sampai berita ini diturunkan masih ragu untuk memenuhi permohonan pendanaan itu. Menurutnya, anggota Senat Amerika Serikat perlu kembali ke rencana awal kalau ingin mengubah RUU saat ini kalau ingin memasukkan ketentuan keamanan perbatasan yang sebenarnya. DPR AS akan mengevaluasi perihal ini lebih lanjut.
Sebelumnya pada Desember 2023, Amerika Serikat mengumumkan paket bantuan militer tambahan senilai US$ 200 juta untuk Ukraina (Rp3.2 triliun). Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, bantuan itu untuk kebutuhan keamanan dan pertahanan penting. Paket tersebut mencakup kemampuan pertahanan udara tambahan, amunisi artileri, senjata anti-tank, dan peralatan lainnya untuk membantu Ukraina melawan Rusia,
Sumber: RT.com
Pilihan editor: Perang Ukraina, Vladimir Putin Disebut Pernah Ajukan Gencatan Senjata Tapi Ditolak
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini