TEMPO.CO, Jakarta - Pelapor khusus PBB untuk Palestina Francesca Albanese pada Senin memprotes keras Israel karena melarangnya masuk ke negara Zionis itu.
Albanese menyebut hal itu sebagai contoh terbaru pelarangan pelapor khusus PBB sejak 2008 dan upaya untuk mengalihkan perhatian dari meningkatnya kekejaman di Gaza.
Pernyataan Albanese muncul di tengah laporan meningkatnya kekerasan Israel di Gaza, terutama di kota bagian selatan, Rafah. Sekitar separuh penduduk Gaza mencari perlindungan di tempat yang seharusnya aman seperti diklaim Israel saat awal serangan pada 7 Oktober.
Namun, sejak Senin lalu mereka mengalami pengeboman yang menghancurkan dan menewaskan ratusan orang hanya dalam satu jam.
"Israel melarangku masuk bukan berita baru: Israel melarang masuk semua pelapor khusus/oPt sejak 2008! Ini tidak boleh menjadi pengalihan dari kekejaman Israel di Gaza, yang mengalami tingkat kengerian baru dengan pengeboman terhadap orang-orang di 'daerah aman' di Rafah," kata dia melalui platform X.
Mantan pejabat PBB dan aktivis hak asasi manusia Craig Mokhiber mendukung Albanese dengan membuat pernyataan di X. “Serangan tanpa henti terhadap pembela hak asasi manusia Francesca Albanese, Pelapor Hak Asasi Manusia PBB yang berani dan berprinsip di Palestina, terlihat jelas dan menjengkelkan."
"Sungguh memalukan bagi mereka yang ‘menembak pembawa pesan’ untuk mengalihkan perhatian dunia dari kejahatan Israel. Hal ini tidak akan berhasil," ujar Mokhiber.
Israel telah memberi peringatan akan melakukan serangan darat di Rafah, tempat tinggal bagi lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza yang mencari perlindungan. Israel mengklaim mereka akan mengalahkan “batalion Hamas” yang tersisa.
Serangan yang direncanakan itu memicu kekhawatiran akan bencana kemanusiaan di Rafah.
Warga Palestina mencari perlindungan di Rafah ketika Israel menggempur wilayah kantong lainnya sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober. Israel memerintahkan warga di Gaza utara dan tengah untuk berpindah ke wilayah selatan, termasuk Rafah yang berada di perbatasan dengan Mesir.
Pengeboman Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan lebih dari 28.300 orang dan menyebabkan kehancuran massal serta kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok akibat blokade total bantuan kemanusiaan.
Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Pilihan Editor: Sekjen PBB Diminta Usut Kegagalan Pelapor Khusus PBB untuk Genosida dalam Konflik Gaza
ANADOLU