TEMPO.CO, Jakarta - Menteri luar negeri Iran mengatakan pada Rabu, 17 Januari 2024, bahwa serangan terhadap Israel dan kepentingannya oleh “Poros Perlawanan” akan berhenti jika perang Gaza berakhir, dan memperingatkan bahwa konflik tersebut dapat meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
Republik Islam mendukung kelompok Islam Palestina Hamas dalam perangnya dengan Israel, yang telah menghancurkan Gaza melalui serangan udara dan darat, dan Teheran menuduh Amerika Serikat mendukung apa yang mereka sebut sebagai kejahatan Israel di Gaza.
Baca Juga:
“Berakhirnya genosida di Gaza akan mengakhiri aksi militer dan krisis di wilayah tersebut,” kata Amirabdollahian di Forum Ekonomi Dunia di Davos.
“Keamanan Laut Merah terkait dengan perkembangan di Gaza, dan semua orang akan menderita jika kejahatan Israel di Gaza tidak berhenti… Semua front (perlawanan) akan tetap aktif.”
Presiden AS Joe Biden pada Jumat menyebut pasukan Houthi di Yaman yang didukung Iran sebagai kelompok “teroris”, setelah pesawat tempur, kapal, dan kapal selam Amerika dan Inggris melancarkan puluhan serangan udara di Yaman semalam.
Milisi Houthi, yang menargetkan pengiriman Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina melawan Israel, telah mengancam akan memberikan “respon yang kuat dan efektif” terhadap serangan AS dan Inggris.
Amirabdollahian juga mengatakan bahwa Teheran berbagi informasi intelijen dengan Irak tentang apa yang dikatakannya sebagai aktivitas badan intelijen Israel Mossad di wilayah semi-otonom Kurdi Irak.
Iran mengatakan Garda Revolusinya menyerang "markas mata-mata" Israel di Irak di kota Erbil pada Senin. Irak kemudian membantah bahwa ada pusat mata-mata semacam itu di negaranya.
REUTERS
Pilihan Editor: Hamas Kritik Langkah Jerman Pasok Amunisi untuk Israel