TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah laporan yang dikeluarkan pada Selasa mengungkapkan bahwa kampanye kolektif yang dikoordinasikan oleh sebuah kelompok Israel bertanggung jawab atas pemecatan seorang jurnalis Australia di media Australian Broadcasting Corporation (ABC).
Insiden ini memprovokasi staf internal dan memicu ancaman pemogokan atas pemecatan sewenang-wenang itu.
Antoinette Lattouf, seorang penulis pemenang penghargaan untuk ABC yang merupakan warga Australia keturunan Lebanon, dipecat setelah membagikan postingan tentang bagaimana "Israel" mempersenjatai kelaparan terhadap warga Palestina di Gaza, yang awalnya diposting oleh Human Rights Watch (HRW).
“ABC memecat Antoinette Lattouf setelah kampanye terkoordinasi dari pelobi pro-Israel yang secara langsung menargetkan ketua perusahaan tersebut, Ita Buttrose, dan direktur pelaksana David Anderson,” kata The Sydney Morning Herald, dan menambahkan bahwa puluhan pesan WhatsApp dari obrolan grup pro-Israel disajikan sebagai bukti.
Laporan tersebut menambahkan bahwa pelobi mengancam akan mengambil tindakan hukum terhadap ABC jika kontrak Lattouf tidak diputus.
Lattouf, di sisi lain, mengambil tindakan hukum terhadap ABC atas pemecatan sewenang-wenang itu. Dia mengatakan tindakan yang diambil terhadapnya bukanlah “kemenangan jurnalisme atau pemikiran bebas.”
ABC membela Anderson, membebaskannya dari semua tuduhan, dan mengklaim bahwa Lattouf dipecat karena tidak mematuhi instruksi perusahaan dengan membagikan "postingan kontroversial dari HRW".
Setelah kejadian tersebut, sekitar 80 anggota staf meminta untuk bertemu dengan Anderson untuk menentang kebijakan ABC.
Direktur HRW di Asia, Elaine Pearson, juga mengecam kebijakan ABC, dan menulis di X, dulu Twitter, untuk membela Lattouf dan jurnalisme etis.
Suara-suara Pro-Palestina Teredam
Suara-suara pro-Palestina telah dibungkam terutama di negara-negara Barat.
Baru-baru ini, CEO OpenAI Sam Altman mengungkapkan keprihatinannya mengenai ketidaknyamanan yang dirasakan oleh anggota komunitas Muslim dan Arab dalam industri teknologi ketika mendiskusikan pengalaman mereka baru-baru ini, yang tampaknya menyinggung dampak perang yang sedang berlangsung di Gaza.
“Rekan-rekan Muslim dan Arab (terutama Palestina) di komunitas teknologi yang saya ajak bicara merasa tidak nyaman berbicara tentang pengalaman mereka baru-baru ini, sering kali karena takut akan pembalasan dan merusak prospek karier,” kata Altman dalam sebuah postingan di X.
Menurut The Guardian, banyak upaya untuk menekan pandangan pro-Palestina telah terjadi di Amerika Serikat setelah dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober.
Konferensi-konferensi besar dibatalkan, para pekerja yang menyatakan simpati terhadap warga Palestina dipecat, dan upaya intimidasi yang menargetkan suara-suara Arab-Amerika yang kritis terhadap kebijakan Israel diluncurkan.
Pilihan Editor: Menlu Australia Serukan Gencatan Senjata Berkelanjutan di Gaza sebelum Kunjungi Timur Tengah
AL MAYADEEN