TEMPO.CO, Jakarta - Israel kembali menyerang jurnalis di Gaza. Serangan udara terhadap sebuah mobil dekat Rafah di Gaza selatan pada Minggu, 7 Januari 2024 menyebabkan dua jurnalis Palestina yang sedang meliput tewas.
Mereka adalah Hamza Al-Dahdouh dan Mustafa Thuraya yang merupakan wartawan lepas. Al-Dahdouh pernah menjadi kontributor untuk Al Jazeera. Ia merupakan putra dari kepala koresponden Al Jazeera, stasiun TV yang berbasis di Qatar di Gaza, Wael Al-Dahdouh. Pekerja lepas ketiga adalah Hazem Rajab yang terluka.
Jaringan Media Al Jazeera mengutuk pembunuhan keduanya. Menurut Al Jazeera, serangan itu disengaja.
“Kami mendesak Pengadilan Kriminal Internasional, pemerintah dan organisasi hak asasi manusia, serta PBB untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan kejinya dan menuntut diakhirinya penargetan dan pembunuhan jurnalis,” kata Al Jazeera dalam sebuah pernyataan.
Pasukan Pertahanan Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai serangan tersebut. Israel juga tak mengomentari ihwal Al Jazeera menjadi sasaran.
Dalam sebuah pernyataan pada 16 Desember, sebagai tanggapan atas kematian jurnalis Al Jazeera lainnya di Gaza, tentara Israel mengatakan, bahwa IDF tidak pernah, dan tidak akan pernah, dengan sengaja menargetkan jurnalis.
Perang Israel-Hamas yang dimulai pada 7 Oktober telah menimbulkan dampak mematikan bagi para jurnalis. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), sebuah badan pengawas internasional, mengatakan bahwa pada hari Sabtu 77 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh. Sebanyak 70 orang jurnalis adalah warga Palestina, empat warga Israel dan tiga warga Lebanon.
Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan dua jurnalis yang tewas ini menambah korban yang terbunuh akibat serangan Israel menjadi 109 orang.
Sebuah video yang diposting di saluran YouTube yang terhubung dengan Al Jazeera menunjukkan Wael Al-Dahdouh menangis di samping tubuh putranya dan memegang tangannya. Kemudian, setelah putranya dimakamkan, dia mengatakan dalam pidatonya di televisi bahwa jurnalis di Gaza akan terus melakukan tugasnya.
“Seluruh dunia perlu melihat apa yang terjadi di sini,” katanya.
Wael Al-Dahdouh sangat dikenal oleh pemirsa di Timur Tengah. Bulan lalu dalam siaran langsung, istri, putra, putri, dan cucunya tewas dalam serangan udara Israel.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pembunuhan pada hari Minggu adalah tragedi yang tak terbayangkan. Dia menyatakan bersedih atas kehilangan keluarga Al-Dahdouh.
“Satu (jurnalis terbunuh) terlalu banyak,” kata Blinken pada konferensi pers di Doha, ibu kota Qatar.
Jurnalis lain yang tewas saat meliput konflik tersebut adalah jurnalis visual Reuters, Issam Abdallah. Seorang warga negara Lebanon, dia dibunuh pada 13 Oktober oleh awak tank Israel saat merekam penembakan lintas batas di Lebanon, berdasarkan penyelidikan Reuters.
REUTERS
Pilihan editor: Putin Rayakan Natal Ortodoks, Dukung Pasukan yang Perang di Ukraina