TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan menghentikan rapat kabinet perang yang berlangsung hingga larut malam pada Kamis, 4 Januari 2024, setelah “pertikaian yang keras dan penuh kemarahan” terjadi antara para menteri kabinet dan petinggi militer mengenai usulan rencana bagi tentara untuk “menyelidiki kesalahan secara internal.”
Menurut sejumlah laporan di media Israel, Menteri Transportasi Miri Regev, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, dan Menteri Kerja Sama Regional David Amsalem bersama-sama menentang Kepala Staf Angkatan Darat Herzi Halevi atas sarannya untuk melakukan penyelidikan internal atas kekurangan mereka pada serangan Hamas 7 Oktober.
“Netanyahu menghentikan pertemuan setelah tiga jam dengan teriakan saat beberapa menteri membela Halevi. Seorang menteri mengatakan kepada stasiun televisi Kan bahwa teriakan sampai ‘terdengar di luar ruangan,’ yang lain mengatakan beberapa pejabat pertahanan pergi lebih awal, sebagai bentuk protes atas perlakuan mereka,” demikian dilaporkan Times of Israel.
Para pejabat mengusulkan penyelidikan tersebut karena bentrokan sengit dengan kelompok perlawanan Palestina terus berkecamuk di Gaza. “Mengapa kita perlu menyelidikinya sekarang,” kata Amsalem. “Jadi orang-orang militer bersikap defensif dibandingkan menyibukkan diri untuk memenangkan [perang]?”
“Ini adalah penyelidikan profesional… Kepala staf sedang menyelidiki apa yang terjadi demi tujuan pertempuran kami dan kemampuan kami untuk merencanakan konfrontasi di utara,” kata mantan panglima perang Benny Gantz.
Pertentangan utama lainnya terhadap rencana Halevi adalah dimasukkannya mantan menteri keamanan Shaul Mofaz, yang dikaitkan dengan penarikan diri dari Gaza pada tahun 2005.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant juga mendukung Halevi, dan mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa penyelidikan tersebut “bukan urusan Anda.” “Kepala staf dapat melakukan apa yang dia inginkan,” katanya ketika teriakan dimulai.
Ketika pertikaian verbal meningkat, Netanyahu berdiri dan berkata: “Kita harus berhenti; kita akan melanjutkannya lain kali.”
Menurut para menteri dalam pertemuan tersebut, diskusi ini dilakukan seperti sirkus. “Mereka bahkan menyatakan bahwa ‘Netanyahu menikmati serangan itu, dan bahkan berkomentar kepada Kepala Staf bahwa dia harus mendengarkan kritik dari para menteri,” lapor Ynet.
Menanggapi banyaknya kebocoran yang mendetail mengenai gejolak besar ini, mantan perdana menteri dan pemimpin oposisi Yair Lapid melalui media sosial menyerukan pembubaran kabinet perang.
“Kebocoran kabinet tadi malam merupakan aib dan semakin menjadi bukti bahwa kabinet ini berbahaya,” kata Lapid di media sosial. “Negara Israel harus mengganti pemerintah dan para pemimpinnya. Orang-orang ini tidak layak atas pengorbanan dan kepahlawanan IDF dan tidak akan mampu mengarahkan keputusan strategis. Mereka harus mundur sekarang.”
Meningkatnya ketegangan di antara para pemimpin Israel telah memperumit situasi yang sudah memburuk ketika negara tersebut memasuki bulan ketiga perang di Gaza dan menghadapi kecaman global karena kekejaman yang dilakukan tentara setiap hari terhadap warga sipil Palestina, tulis The Cradel.
Pertikaian internal juga terjadi ketika Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken menuju ke Israel untuk kunjungan keempatnya sejak 7 Oktober 2023, demikian dilaporkan Reuters.
Pilihan Editor Presiden Korea Selatan Veto RUU Penyelidikan terhadap Istrinya