TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada Kamis, 4 Januari 2024, menguraikan rencana Israel untuk tahap selanjutnya dalam perangnya di Gaza, dengan pendekatan baru yang lebih tepat sasaran di bagian utara wilayah kantong tersebut dan terus melakukan pengejaran terhadap para pemimpin Hamas di selatan.
Pengumuman itu muncul ketika Israel terus menarik pasukannya di Gaza untuk memungkinkan ribuan tentara cadangan kembali bekerja setelah meningkatnya tekanan internasional untuk beralih ke operasi tempur yang tidak terlalu intens.
“Di wilayah utara Jalur Gaza, kami akan melakukan transisi ke pendekatan tempur baru sesuai dengan pencapaian militer di lapangan,” kata kantor Gallant dalam sebuah pernyataan yang menguraikan prinsip-prinsip panduan yang mencerminkan visi Gallant untuk fase perang selanjutnya.
Dia mengatakan operasi tersebut akan mencakup penggerebekan, penghancuran terowongan, serangan udara dan darat, dan operasi pasukan khusus.
Di bagian selatan wilayah kantong yang terkepung, di mana sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza sekarang tinggal, banyak di antaranya di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara lainnya, operasi tersebut akan terus berupaya untuk melenyapkan para pemimpin Hamas dan menyelamatkan sandera Israel.
“Ini akan berlanjut selama dianggap perlu,” kata pernyataan itu.
Setelah perang, Gallant mengatakan Hamas tidak akan lagi menguasai Gaza dan Israel akan mempertahankan kebebasan bertindak operasionalnya. Namun dia mengatakan tidak akan ada kehadiran warga sipil Israel dan badan-badan Palestina akan bertanggung jawab atas daerah kantong tersebut.
“Penduduk Gaza adalah warga Palestina, oleh karena itu badan-badan Palestina akan bertanggung jawab, dengan syarat tidak ada tindakan permusuhan atau ancaman terhadap Negara Israel.”
Israel melancarkan serangannya di Gaza setelah serangan 7 Oktober oleh kelompok bersenjata Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang di komunitas dekat Gaza dan menyandera sekitar 240 orang, menurut perkiraan Israel.
Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 22.000 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina, memaksa sebagian besar penduduk meninggalkan rumah mereka dan membuat sebagian besar Gaza menjadi puing-puing.
Sara Khairat dari Al Jazeera, melaporkan dari Tel Aviv, mengatakan Gallant memperjelas bahwa para pejabat Israel menginginkan “entitas Palestina” yang bertanggung jawab menjalankan urusan sipil di Jalur Gaza, tetapi dengan “kondisi yang sangat spesifik”.
“Syaratnya adalah mereka tidak akan bertindak bermusuhan terhadap Israel, dan mereka tidak akan bertindak melawan Israel dengan cara, bentuk, atau bentuk apa pun,” kata Khairat.