TEMPO.CO, Jakarta - Cina mengajukan protes kepada Myanmar atas lima warganya yang terluka setelah peluru artileri dilepaskan selama pertempuran antara junta militer dan kelompok pemberontak di sebuah kota kecil dekat perbatasan mereka, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri pada Kamis, 4 Januari 2024.
Konflik bersenjata meningkat di wilayah utara Myanmar antara militer dan kelompok pemberontak sejak akhir Oktober, sehingga memicu seruan gencatan senjata dari negara tetangga, Cina, yang bahkan memfasilitasi dialog antara kedua pihak.
“Cina… sangat menyesalkan jatuhnya korban di Cina akibat konflik tersebut dan telah mengajukan protes serius kepada pihak-pihak terkait,” kata Wang Wenbin, juru bicaranya.
“Cina sekali lagi meminta semua pihak yang berkonflik untuk melakukan gencatan senjata dan menghentikan pertempuran, serta mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya insiden keji seperti itu,” kata Wang dalam konferensi pers rutin.
Cina akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kehidupan dan harta benda warganya, tambahnya.
Sebelumnya, surat kabar Global Times yang dikendalikan pemerintah mengatakan lima orang di Nansan, sebuah kota subtropis dekat Myanmar, dibawa ke rumah sakit setelah terluka pada Rabu oleh peluru nyasar.
Video kejadian yang beredar di media sosial oleh surat kabar tersebut menunjukkan seseorang tergeletak di trotoar sementara orang-orang berteriak, "Panggil polisi!"
Dalam video tersebut, surat kabar tersebut menambahkan bahwa para pejabat di Zhenkang, sebuah kota di provinsi barat daya Yunnan, telah mengkonfirmasi bahwa penembakan telah menyimpang dari Laukkai, di wilayah Kokang di utara Myanmar, sekitar pukul 14.00. (0600 GMT) pada Rabu.
Insiden ini terjadi setelah Kedutaan Besar Cina di Myanmar pekan lalu mendesak warga negaranya untuk meninggalkan Laukkai sesegera mungkin, dengan alasan meningkatnya risiko keamanan.
Selama bertahun-tahun, Kokang di negara bagian Shan, Myanmar, merupakan wilayah yang bergejolak dan bergolak.
Pada 2015, peluru dari wilayah tersebut juga mendarat di seberang perbatasan di Yunnan di tengah pertempuran antara pasukan pemerintah Myanmar dan pemberontak, melukai satu warga Cina dan empat warga negara Myanmar serta membuat Beijing marah.
Beberapa pertempuran terjadi di jarak 500 m dari perbatasan Cina-Myanmar pada saat itu.
Pada 2009, bentrokan di wilayah yang sama memaksa puluhan ribu orang mengungsi melintasi perbatasan menuju Cina, kata media pemerintah Cina dan kelompok hak asasi manusia.
Pada pertengahan Desember, PBB memperkirakan lebih dari 660.000 orang telah mengungsi di Myanmar sejak 27 Oktober, dan mencatat jumlah total pengungsi secara nasional mencapai rekor 2,6 juta orang.
Cina telah mendesak warganya untuk menghindari perjalanan ke Myanmar utara, dan menyarankan mereka yang sudah berada di sana untuk mencari keselamatan atau kembali ke rumah.
REUTERS
Pilihan Editor: Menlu Retno Soal Gugatan Afsel Genosida di Gaza: RI Cari Jalan Lain