Kehilangan Istri dan Dua Anak
Rushdi al-Zhaza, mantan tahanan yang dibebaskan dari tahanan Israel, mengungkapkan bahwa dia dan keluarganya ditahan sebulan lalu dari rumah mereka di lingkungan al-Zaytoun di bagian selatan Kota Gaza. Al-Zhaza mengatakan kepada Euro-Med Monitor bahwa keberadaan istri dan dua anaknya saat ini masih belum diketahui. Mengisahkan kejadian tersebut, dia menjelaskan bahwa tentara Israel menahan dia, istrinya Hadeel Youssef al-Dahdouh, bersama dengan dua anak mereka, Mohamed yang berusia empat tahun dan Zein yang berusia enam bulan, ketika mereka berada di dalam rumah mereka sendiri.
Al-Zhaza menceritakan bahwa kedua anak tersebut diambil paksa dari pelukan ibu mereka, dan ketika ibu mereka memprotes, tentara Israel menahannya, melepas jilbabnya, dan menculiknya bersama anak-anaknya. Meski berminggu-minggu berlalu, al-Zhaza dibebaskan tanpa informasi apa pun mengenai keberadaan atau status kesehatan istri dan anak-anaknya. Menurutnya, tentara Israel mengklaim bahwa anak-anak tersebut memerlukan analisis untuk memverifikasi bahwa mereka bukan warga Israel yang ditahan di Jalur Gaza. Meski begitu, Euro-Med Monitor menggarisbawahi bahwa tindakan tersebut dilarang keras berdasarkan hukum internasional, apa pun motif atau alasannya.
Banyak keluarga pengungsi dari Gaza utara atau daerah Khan Younis yang digerebek telah melaporkan kehilangan anak-anak mereka yang menyedihkan selama evakuasi atau pengeboman rumah.
Berdasarkan perkiraan awal, Euro-Med menyimpulkan bahwa lebih dari 3.000 orang, di antaranya 200 perempuan dan gadis muda, telah ditangkap oleh pasukan Israel. Orang-orang Palestina ini ditahan, yang jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional, dan kurangnya informasi resmi mengenai tuduhan yang mereka hadapi atau kondisi di mana mereka ditahan.
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: KBRI Tokyo Siapkan Bantuan untuk WNI Korban Gempa Ishikawa