Teknologi Militer
Pada tahun lalu, Korea Utara mengatakan pihaknya berhasil meluncurkan satelit mata-mata militer pertamanya dan menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat yang dianggap memiliki jangkauan untuk mengirimkan hulu ledak nuklir ke mana saja di Amerika Serikat.
Sebuah reaktor baru di kompleks nuklir Yongbyon Korea Utara tampaknya beroperasi untuk pertama kalinya, kata pengawas nuklir PBB dan para ahli independen bulan ini, yang berarti akan menjadi sumber potensial tambahan plutonium untuk senjata nuklir.
Korea Utara belum melakukan uji coba senjata nuklir sejak tahun 2017 namun dalam beberapa tahun terakhir telah mengambil langkah-langkah untuk melanjutkan operasi di lokasi pengujiannya.
Kim mengatakan pada 2024 akan terjadi perkembangan militer lebih lanjut, termasuk memperkuat kekuatan nuklir dan rudal, membangun pesawat tak berawak, memperluas armada kapal selam, dan mengembangkan kemampuan peperangan elektronik.
Armada satelit mata-mata ini akan mewakili kemampuan pertama Korea Utara.
Peluncuran sukses tersebut didahului oleh dua upaya yang gagal tahun lalu ketika roket baru Chollima-1 jatuh ke laut.
Tindakan tersebut meningkatkan ketegangan regional dan memicu sanksi baru dari AS, Australia, Jepang, dan Korea Selatan. Pyongyang belum merilis gambar apa pun dari satelit baru tersebut, sehingga para analis dan pemerintah asing masih memperdebatkan kemampuannya.
Keberhasilan nyata juga terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji membantu Korea Utara membangun satelit. Para pejabat Korea Selatan mengatakan bantuan Rusia kemungkinan besar membawa perbedaan dalam keberhasilan misi tersebut, meskipun para ahli mengatakan tidak jelas seberapa besar bantuan yang bisa diberikan Moskow.
REUTERS
Pilihan Editor: Serangan Ukraina Tewaskan 20 Orang Rusia di Belgorod