TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden memerintahkan tentaranya untuk melancarkan serangan udara balasan pada Senin, 25 Desember 2023 ke Irak. Serangan dilakukan setelah pesawat tak berawak atau drone satu arah menghantam tentara AS. Akibatnya satu anggota militer AS dalam kondisi kritis dan melukai dua personel AS lainnya.
Serangan bolak-balik ini merupakan imbas dari perang Israel di wilayah Palestina yang telah meluas menjadi konflik di kawasan Timur Tengah. Perang Israel Hamas itu menjadikan pasukan AS di pangkalan-pangkalan di Irak dan Suriah sebagai sasaran. Kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran di Irak dan Suriah menentang kampanye militer Israel di Gaza dan menganggap AS ikut bertanggung jawab.
Sebuah pangkalan AS di Erbil, Irak, yang menampung pasukan AS diserang oleh drone satu arah pada Senin pagi, yang menyebabkan korban jiwa terbaru di AS.
Atas arahan Biden, Departemen Pertahanan AS atau Pentagon mengarahkan serangan terhadap tiga lokasi yang digunakan oleh Kataib Hizbullah dan kelompok afiliasinya yang secara khusus berfokus pada aktivitas drone udara tak berawak.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adrienne Watson, mengatakan Biden segera diberikan pengarahan soal serangan di Erbil pada Senin pagi. Dia memerintahkan Departemen Pertahanan untuk menyiapkan opsi respons terhadap penyerang.
Pentagon kemudian menyampaikan opsi-opsi tersebut kepada Biden melalui panggilan telepon Senin sore dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan anggota tim keamanan nasional Biden.
“Serangan-serangan presisi ini merupakan respons kepada serangkaian serangan terhadap personel AS di Irak dan Suriah oleh milisi yang disponsori Iran, termasuk serangan Kataib Hezbollah yang berafiliasi dengan Iran dan kelompok afiliasinya di Pangkalan Udara Erbil hari ini,” ujar Austin dalam pernyataannya.
Dia mengatakan serangan balasan AS dimaksudkan untuk mengganggu dan menurunkan kemampuan kelompok milisi yang bersekutu dengan Iran yang bertanggung jawab secara langsung.
Serangan di Erbil menyebabkan tiga personel militer AS terluka, kata Lloyd, dan salah satunya dalam kondisi kritis.
Pentagon tidak memerinci identitas para personel militer yang terluka atau menyebutkan cedera yang diderita dari serangan itu. Mereka juga tidak memberikan rincian tentang bagaimana drone tersebut tampaknya menembus pertahanan udara pangkalan AS.
Iran belum mengeluarkan pernyataan atas serangan berbalas ini, namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani pada Senin membantah tuduhan terpisah oleh Pentagon bahwa sebuah drone yang diluncurkan Iran menubruk sebuah kapal tanker kimia di Samudera Hindia pada Sabtu pagi.
“Tuduhan yang dilontarkan AS tidak ada habisnya,” kata Kanaani pada konferensi pers mingguan, melansir dari kantor berita Iran, Tasnim.
Pangkalan militer AS telah diserang setidaknya 100 kali di Irak dan Suriah sejak perang terbaru Israel-Hamas pada Oktober lalu, biasanya dengan kombinasi roket dan drone satu arah, menurut Pentagon. Kompleks kedutaan AS di Bagdad, Irak juga diserang mortir pada awal Desember.
Serangan terbaru ini terjadi kurang dari sepekan setelah Austin kembali dari Timur Tengah dalam agenda membendung upaya kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran untuk memperluas perang Israel-Hamas.
Hal ini termasuk membentuk koalisi maritim yang dipimpin AS untuk melindungi perdagangan di Laut Merah menyusul serangkaian serangan drone dan rudal terhadap kapal-kapal komersial oleh kelompok Houthi.
REUTERS
Pilihan editor: Diminta Lepas Gaza sebagai Syarat Gencatan Senjata, Hamas Menolak Mentah-mentah