TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov dalam sebuah wawancara dengan RTVI pada Jumat, 22 Desember 2023, mengungkap Rusia mungkin akan memutus hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat jika Washington menyita aset-aset Rusia yang dibekukan karena perang Ukraina.
Menurutnya, kedua negara memang sedang mengalami krisis akut dalam hubungan bilateral di tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, dia menilai Kementerian Luar Negeri dan lembaga pemerintah lainnya perlu secara hati-hati mengambil langkah selanjutnya untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, sesuai dengan arahan kepemimpinan.
“Namun, kami telah melihat Amerika mengambil serangkaian langkah yang tidak bertanggung jawab dan semakin meningkat sehubungan dengan Ukraina, dan tidak hanya di sana,” kata diplomat senior itu. “Oleh karena itu, jika kita melihat model perilaku Washington sekarang dari perspektif ini, saya tidak mengesampingkan (kemungkinan) apa pun. Tingkat (hubungan diplomatik) mungkin diturunkan; dan pemutusan hubungan diplomatik juga mungkin terjadi.”
Rusia sebelumnya menggambarkan hubungannya dengan Amerika Serikat berada di bawah nol karena Negeri Abang Sam itu mengirim bantuan militer dan keuangan untuk Ukraina dalam perang yang dimulai oleh invasi pasukan Rusia pada Februari 2022. Kendati demikian, Ryabkov menekankan Rusia tidak berencana memulai lebih dulu pemutusan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.
“Kami percaya bahwa hubungan diplomatik adalah sebuah elemen dalam urusan internasional yang perlu dijaga,” ujarnya. Jika terjadi pemutusan hubungan diplomatik, Ryabkov mengatakan perpecahan tersebut dapat dipicu oleh berbagai faktor.
“Pemicunya bisa berupa penyitaan aset, eskalasi militer lebih lanjut, dan banyak hal lainnya. Saya tidak akan membahas perkiraan negatif di sini,” katanya, seraya menambahkan Moskow “siap untuk skenario apa pun”.
Diplomat senior tersebut juga menekankan bahwa Rusia akan selalu menanggapi setiap tantangan dan provokasi Amerika Serikat. “Saya pikir Amerika sudah mengenal kami sekarang, menyaksikan betapa tegas dan konsistennya kami membela kepentingan kami di segala bidang,” tegas Ryabkov.
Beberapa politikus Barat sedang mendesak agar aset Rusia yang dibekukan senilai sekitar US$300 miliar (Rp4,6 kuadriliun) diserahkan ke Ukraina untuk membantu membangun kembali perekonomiannya yang hancur akibat perang. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada Jumat bahwa tindakan seperti itu akan memberikan pukulan serius terhadap sistem keuangan global.
Dia mengatakan Rusia tidak akan pernah meninggalkan negara mana pun yang menyita aset-asetnya dengan damai, dan dalam skenario seperti itu, Rusia akan mempertimbangkan aset-aset Barat mana yang bisa disita sebagai pembalasan.
REUTERS | TASS
Pilihan Editor: Kongres AS Selidiki Kasus Dugaan Plagiarisme Presiden Universitas Harvard
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini