TEMPO.CO, Jakarta -Pasukan Israel kembali melancarkan serangan ke Gaza untuk memburu pasukan Hamas. Serangan tersebut dilancarkan pada Jumat, 15 Desember 2023. Serangan darat dan udara yang dilancarkan Israel menewaskan empat orang di Gaza. Berikut sejarah konflik Israel dan Hamas.
Konflik Israel dan Palestina telah berlangsung sejak sebelum perang dunia pertama. Namun, kejadian paling diingat oleh warga Palestina adalah peristiwa Nakba pada 1947. Saat itu, terjadi penggusuran besar-besaran masyarakat Palestina.
Saat itu, Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan sebuah Resolusi 181 yang memutuskan wilayah Palestina dibagi menjadi dua negara terpisah bagi bangsa Yahudi dan bangsa Arab Palestina.
Resolusi tersebut tidak diindahkan oleh Israel. Hingga akhirnya, ratusan ribu warga melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai Al Nakba atau "Malapetaka".Palestina. Sejak saat itu, karena tidak pernah ada perjanjian perdamaian antar kedua belah pihak, Palestina dan Israel pun saling menyalahkan. Hingga terjadilah perang dan pertempuran selama puluhan tahun berikutnya.
Setelah peristiwa Nakba, banyak warga Palestina yang berusaha kembali ke Tanah Air. Mereka kemudian dikenal dengan aktivis Ikhwanul Muslimin. Sejak 1970-an, aktivis-aktivis tersebut mendirikan jaringan amal, klinik, dan sekolah di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki oleh Israel setelah Perang Enam Hari pada 1967.
Kegiatan Ikhwanul Muslimin di dua wilayah tersebut awalnya berjalan tanpa kekerasan. Namun, beberapa kelompok kemudian mulai mendesak untuk jihad melawan Israel. Puncaknya terjadi pada Desember 1987, saat terjadi pemberontakan melawan pendudukan Israel, yang menjadi awal berdirinya Hamas. Ini merupakan awal dari apa yang kemudian dikenal sebagai Intifadah Palestina pertama.
Hamas didirikan pada akhir 1987 yang bertujuan untuk menentang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dalam konteks konflik Israel-Palestina dan menentang usaha untuk menyerahkan sebagian wilayah Palestina kepada Israel.
Setelah berdirinya Hamas, serangan ke Israel mulai direncanakan matang-matang. Pada 1989, serangan yang dilakukan Hamas menyebabkan Israel menangkap beberapa pemimpin, termasuk Sheikh Ahmed Yassin, salah satu pendiri Hamas.
Setelah ditangkapnya Yassin, Hamas melakukan reorganisasi dan kembali menentang Israel dengan mengecam perjanjian perdamaian 1993 antara Israel dan PLO. Rencana damai yang gagal tersebut membuat kekerasan antara Israel dan Hamas meningkat. Pada awal 2000-an, kekerasan tersebut dikenal sebagai Intifadah Al-Aqsa (Intifadah kedua). Intifadah tersebut ditandai dengan semakin intensnya aktivis Hamas dalam serangan terhadap Israel dan peningkatan serangan bom bunuh diri. Kini termasuk gerakan intifada ketiga?
Terbaru, pada 14 Desember 2023, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan terus melancarkan serangan ke Palestina hingga Hamas berhasil dihancurkan.
ANANDA RIDHO SULISTYA | NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM | ANANDA BINTANG PURWARAMDHONA | RIZKI DEWI AYU | REUTERS
Pilihan Editor: Seburuk Apa Perlakuan Iserael Terhadap Tahanan Palestina, Remaja Ini Mengungkapnya