TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Palestina mengungkap lebih dari 200 guru dan staf pengajar di Jalur Gaza gugur dalam dua bulan terakhir atau ketika militer Israel mulai melancarkan kampanye pengeboman di wilayah kantong tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan pada Kamis, 14 Desember 2023, yang bertepatan dengan Hari Guru Palestina.
“Hari ini tiba di tengah keadaan yang sangat menantang. Di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem, pendudukan Israel terus menargetkan guru-guru Palestina, dan sektor pendidikan pada umumnya. Saat kami menulis ini, lebih dari 200 guru dan staf pendidikan telah terbunuh di Jalur Gaza selama dua bulan terakhir,” demikian keterangan Kementerian Pendidikan Palestina dalam pernyataan yang diunggah di X.
Gaza saat ini sedang dibombardir Israel dalam pertempuran yang pecah pada 7 Oktober 2023, ketika kelompok Hamas menyerbu Israel dan menewaskan 1.147 orang berdasarkan penghitungan Israel yang sempat direvisi. Sementara menurut penghitungan otoritas kesehatan Gaza serangan dan pengepungan ketat Israel telah menewaskan sedikitnya 18.600 warga Palestina di wilayah kantong tersebut.
Situasi memprihatinkan guru-guru di Palestina tidak hanya terjadi di Gaza. Kementerian Pendidikan Palestina menyoroti keadaan di Tepi Barat, di mana puluhan guru ditangkapi dan ratusan orang dilarang bersekolah. Kementerian Pendidikan Palestina mengatakan ada pelecehan yang terjadi setiap hari terhadap guru, khususnya di Yerusalem, Lembah Yordan, dan Masafer Yatta.
“Terlepas dari semua tantangan ini, guru-guru di Palestina terus menunjukkan dedikasi dan komitmen mereka, baik di dalam kelas maupun secara daring. Ini membuktikan keinginan mereka tidak akan pernah bisa ditaklukkan,” demikian keterangan Kementerian Pendidikan Palestina.
Selagi para guru di Jalur Gaza melanjutkan mengajar siswa di pusat penampungan, rekan-rekan mereka di Yerusalem bertugas menjaga keaslian kurikulum dan narasi Palestina. Kementerian Pendidikan Palestina pun kembali menyerukan kepada lembaga-lembaga internasional, khususnya badan pendidikan di PBB atau UNESCO agar melindungi guru-guru Palestina dan sektor pendidikan Palestina dari serangan.
WAFA
Pilihan Editor: Alasan Pemerintah Indonesia Terima Pengungsi Rohingya