TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Mesir pada Minggu, 10 Desember 2023, menyelenggarakan pemilu presiden, dimana Abdel Fatah el-Sisi mencalonkan diri lagi sebagai Presiden Mesir untuk ketiga lainya.
Pemilu Mesir kali ini dilakukan saat Gaza sedang bergejolak, di mana Mesir berbatasan langsung dengan Gaza. Presiden Mesir berikutnya, harus menjadikan peningkatan ekonomi Mesir sebagai prioritas dan menurunkan inflasi yang nyaris menyentuh rekor tertinggi. Mesir adalah mitra dagang terbesar Rusia di kawasan Afrika.
Media setempat mewartakan proses pemungutan suara dilakukan di lebih dari 11 ribu TPS dan perhitungan suara diperkirakan berakhir pada Selasa, 13 Desember 2023. Lebih dari 67 juta warga Mesir memberikan hak suara mereka dalam pemilu ini. Jika Sisi dinyatakan menang lagi, maka dia akan memerintah Mesir untuk enam tahun ke depan.
Kantor berita MENA pada Minggu, 10 Desember 2023, mewartakan lebih dari 200 pejabat dari 14 organisasi internasional, 67 diplomat asing dan 22.340 anggota kelompok masyarakat sipil lokal, terdaftar sebagai pengawas pemilu presiden Mesir.
Dalam pemilu Mesir 2023 ini, Sisi menghadapi tiga pesaing. Badan nasional pengawas pemilu Mesir akan mengumumkan hasil resmi pemilu pada 18 Desember 2023. Pemilu putaran kedua akan diselenggarakan pada Januari 2024 jika tidak ada kandidat yang mendapat 50 persen suara.
Pada malam penyelenggaraan pemilu Mesir, Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara lewat telepon dengan Sisi. Kremlin dalam pernyataan pada Sabtu, 9 Desember 2023, menyebut kedua kepala negara mendiskusikan sejumlah hal. Presiden Putin berterima kasih pada Sisi atas bantuan mengevakuasi warga negara Rusia dari perang di Gaza dan mendoakan Sisi sukses dalam pemilu presien.
Sumber: RT.com, Reuters
Pilihan Editor: Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian akui Iran dan Israel Tak Percaya Solusi Dua Negara
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini