TEMPO.CO, Jakarta - Majalah bisnis dan finansial Amerika Serikat Forbes, menobatkan Ursula von der Leyen sebagai wanita paling berpengaruh di dunia 2023. Politikus perempuan asal Jerman yang menjabat sebagai Presiden Komisi Eropa sejak 2019 itu dinilai telah memiliki dampak besar bagi Eropa dan dunia.
Komitmen dan dedikasinya itu tercermin pada beberapa jabatan penting yang ia jabat. Menurut Forbes, Ursula adalah perempuan pertama yang menduduki jabatan presiden Komisi Eropa, yang bertanggung jawab atas undang-undang yang berdampak pada lebih dari 450 juta orang Eropa.
Profil Ursula von der Leyen
Dikutip dari The Famous People, Ursula von der Leyen lahir di Ixelles, Belgia, pada 8 Oktober 1958. Ayahnya, Ernst Albrecht, bekerja untuk Komunitas Eropa.
Ursula memiliki latar belakang pendidikan dengan meraih gelar di bidang ekonomi dari Universitas Gottingen pada 1977–1980, dan juga lulus sebagai dokter dari Universitas Hannover pada 1987. Pada 1992, dia tinggal di Amerika Serikat mengikut suaminya, Heiko von der Leyen, yang mengajar di Universitas Stanford.
Pada 1996, Ursula kembali ke Jerman dan menjabat sebagai anggota fakultas di departemen epidemiologi, kedokteran sosial, dan penelitian sistem kesehatan Hanover Medical School (MHH) pada pada 1998–2002 . Selain itu, dia juga memperoleh gelar master di bidang kesehatan masyarakat pada 2001.
Karier politik Ursula von der Leyen
Dikutip dari Britannica, karier politik Ursula dimulai ketika ia bergabung dengan partai Christian Democratic Union (CDU). Selama pemilihan negara bagian tahun 2003, dia terpilih menjadi anggota Parlemen Lower Saxony.
Dia juga menjabat dalam berbagai posisi penting di pemerintahan Jerman, termasuk Menteri Kesehatan (2005-2009) dan Menteri Tenaga Kerja dan Urusan Sosial (2009-2013).
Kepemimpinan von der Leyen di Uni Eropa
Pada 2014, Ursula menjadi Menteri Pertahanan Jerman, dan menjadi perempuan pertama yang menduduki posisi tersebut. Pada 2019, ia terpilih sebagai Presiden Komisi Eropa, dan menjadikannya sebagai pemimpin tertinggi di badan eksekutif Uni Eropa.
Sebagai presiden Komisi Eropa, dia memprioritaskan berbagai isu, termasuk perubahan iklim, kebijakan migrasi, inovasi digital, dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Dia juga fokus pada peningkatan kesejahteraan dan kesetaraan di seluruh negara anggota Uni Eropa.
Kepemimpinannya di Komisi Eropa diwarnai oleh tantangan besar, seperti mengelola krisis Covid-19, meningkatkan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan, serta memperkuat posisi Uni Eropa di dunia.
Ursula mempelopori rancangan undang-undang bantuan Covid-19 sebesar 750 miliar euro pada 2020. Pada 2022, ia menjadi salah satu pendukung setia Ukraina di Barat di tengah invasi tak beralasan Rusia.
Pilihan Editor: Komisi Eropa Rekomendasikan Perundingan Keanggotaan Ukraina