TEMPO.CO, Jakarta - Kepala hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Turk memperingatkan pada Rabu, 6 Desember 2023 akan adanya peningkatan risiko “kejahatan kekejaman” di Gaza. Ia lantas mendesak pihak-pihak yang terlibat untuk menahan diri melakukan pelanggaran semacam itu.
Menurut PBB, “kejahatan kekejaman” yang dimaksud adalah kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang sebagaimana didefinisikan dalam perjanjian internasional.
“Rekan-rekan kemanusiaan saya menggambarkan situasi ini sebagai apokaliptik. Dalam keadaan seperti ini, terdapat peningkatan risiko kejahatan kekejaman,” kata Turk kepada wartawan di Jenewa, Swiss.
Langkah-langkah perlu segera diambil untuk mencegah kejahatan semacam itu, katanya, baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan maupun oleh semua negara, khususnya negara-negara yang mempunyai pengaruh.
Israel saat ini sedang melanjutkan operasi militer di Gaza setelah jeda kemanusiaan berakhir pada Jumat, 1 Desember lalu. Pengeboman beberapa hari terakhir telah memaksa penduduk Gaza mengungsi ke selatan wilayah kantong tersebut, yang padat penduduknya dan berpotensi menjadi tempat penyakit menyebar karena tidak adanya sanitasi.
“Sekitar 1,9 juta dari 2,2 juta warga Palestina telah mengungsi dan terpaksa mengungsi ke tempat-tempat yang semakin berkurang dan sangat padat di Gaza selatan dalam kondisi yang tidak higienis dan tidak sehat,” kata Turk. “Bantuan kemanusiaan lagi-lagi terputus karena kekhawatiran akan meluasnya penyakit dan kelaparan.”
Dia juga menekankan kembali solusi dua negara, mengatakan itu satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik dan pendudukan Israel. “Saya pikir satu hal sangat jelas: situasi tidak dapat kembali seperti semula,” katanya.
Kantornya telah meminta akses ke Israel untuk mengumpulkan informasi mengenai serangan 7 Oktober, termasuk tindakan kekerasan seksual, namun belum menerima tanggapan dari Israel. Pihak berwenang Israel telah membuka penyelidikan sendiri terhadap kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh Hamas.
Hamas telah membantah tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai “upaya putus asa” Israel untuk memutarbalikkan perlakuan manusiawi kelompok tersebut terhadap sandera Israel.
REUTERS
Pilihan Editor: Jet Tempur Cina Bayangi Pesawat Patroli AL AS di Selat Taiwan