TEMPO.CO, Jakarta - Para perunding bekerja keras pada hari Jumat untuk memperbarui gencatan senjata Hamas Israel di Gaza ketika seorang pejabat senior Israel menegaskan kembali rencana untuk melanjutkan perang kecuali kelompok pejuang Palestina itu setuju untuk melepaskan lebih banyak sandera.
Setelah dua perpanjangan waktu pada menit-menit terakhir, pada Kamis menandai hari ketujuh gencatan senjata yang dimediasi Qatar dengan pertukaran delapan sandera dan 30 tahanan Palestina serta masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang hancur.
Mediator Mesir dan Qatar, yang berhasil mencapai kesepakatan sebelumnya, sedang berupaya untuk merundingkan gencatan senjata lebih lanjut selama dua hari, kata kantor media resmi Mesir.
Mark Regev, penasihat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel terbuka untuk melanjutkan gencatan senjata jika Hamas berkomitmen untuk melepaskan sandera lebih lanjut. Israel sebelumnya menetapkan pembebasan 10 sandera sehari sebagai jumlah minimum yang dapat diterima untuk menghentikan serangannya.
“Kami siap untuk segala kemungkinan…. Tanpa itu, kami akan kembali berperang,” katanya kepada CNN.
Sebelum gencatan senjata berakhir pada Kamis pagi, Hamas dan sekutunya, sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, menyiagakan pejuang mereka untuk memulai kembali permusuhan.
Israel telah bersumpah untuk memusnahkan Hamas, yang menguasai Gaza, sebagai tanggapan atas amukan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober, ketika Israel mengatakan orang-orang bersenjata membunuh 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
Israel membalas dengan pemboman hebat dan invasi darat. Otoritas kesehatan Palestina yang dianggap dapat diandalkan oleh PBB mengatakan lebih dari 15.000 warga Gaza telah dipastikan tewas.
Ketika gencatan senjata pertama kali diberlakukan seminggu yang lalu, Israel sedang bersiap untuk mengalihkan fokus operasinya ke Gaza selatan setelah serangan tanpa henti selama tujuh minggu ke utara.
Para mediator menghadapi tantangan berat pada hari Jumat dalam mencapai perpanjangan gencatan senjata karena hambatannya mungkin lebih besar. Dengan semakin sedikitnya perempuan dan anak-anak Israel yang ditahan, perpanjangan gencatan senjata memerlukan penetapan persyaratan baru bagi Hamas untuk membebaskan pria Israel, termasuk tentara.
Kelompok militan ini pada gilirannya bisa berupaya agar tahanan laki-laki Palestina diserahkan. Sejauh ini, tiga tahanan Palestina telah dibebaskan untuk setiap sandera Israel.
Salah satu perunding utama Qatar, diplomat karir Abdullah Al Sulaiti, yang membantu menengahi gencatan senjata melalui negosiasi antar-jemput maraton, mengakui dalam wawancara Reuters baru-baru ini tentang kemungkinan yang tidak pasti untuk membungkam penggunaan senjata.
REUTERS
Pilihan Editor Mahkamah Agung Rusia Putuskan Aktivis LGBT sebagai Ekstremis