TEMPO.CO, Jakarta - Para perunding Mesir, Qatar dan Amerika Serikat sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata selama empat hari di Gaza yang akan berakhir pada Senin 27 November 2023, kata sumber keamanan Mesir seperti dilansir Reuters. Namun, hal ini harus disepakati Israel dan Hamas.
Kabar baik ini di tengah meningkatnya tekanan internasional agar kesepakatan, yang menghentikan serangan Israel ke Gaza selama tujuh pekan terakhir, dapat diperpanjang.
Kelompok perlawanan Palestina Hamas menginginkan perpanjangan empat hari hingga Jumat pekan ini. Sementara Israel menginginkan perpanjangan hari demi hari, dengan negosiasi yang terus berlanjut mengenai pembebasan tahanan Palestina, kata sumber tersebut.
Seorang pejabat Israel sebelumnya menegaskan kembali posisi negara Zionis itu bahwa mereka akan menyetujui satu hari gencatan senjata tambahan untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan. Mereka berjanji akan membebaskan tiga kali lipat jumlah warga Palestina setiap kalinya. “Jumlah hari tambahan dibatasi hingga lima hari,” pejabat itu menambahkan.
Sementara seorang pejabat Palestina, yang mengetahui perundingan gencatan senjata, mengatakan baik Hamas dan Israel telah menunjukkan sikap positif terhadap permintaan untuk memperpanjang jeda pertempuran. Namun, ia menambahkan bahwa “keputusan akhir belum tercapai”.
Beberapa jam sebelumnya, Israel dan Hamas, menyuarakan kekhawatirannya mengenai daftar sandera Israel dan tahanan Palestina yang akan dibebaskan pada Senin, hari terakhir dari jeda kemanusiaan empat hari yang disepakati dalam pertempuran tersebut.
Menurut seorang pejabat yang mengetahui masalah tersebut dan berbicara dalam kondisi anonim kepada Reuters, mediator Qatar bekerja sama dengan Israel dan Hamas untuk menyelesaikan masalah tersebut dan menghindari penundaan.
"Ada sedikit masalah dengan daftar hari ini. Qatar bekerja sama dengan kedua belah pihak untuk menyelesaikannya dan menghindari penundaan," kata pejabat tersebut.
Israel sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya telah menerima dalam semalam daftar terakhir sandera yang akan dibebaskan. Daftar tersebut sedang ditinjau, menurut kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan menambahkan bahwa pihaknya akan memberikan informasi lebih lanjut jika memungkinkan.
Seorang juru bicara Pemerintah Israel mengatakan pada Senin bahwa jumlah sandera yang masih ditahan di Gaza kini berjumlah 184 orang, termasuk 14 orang asing dan 80 warga Israel dengan kewarganegaraan ganda.
Qatar, Mesir, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Spanyol semuanya berupaya untuk memperpanjang gencatan senjata, kata Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina, Riyad al-Maliki, dalam konferensi di Barcelona yang membahas krisis tersebut.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas bertanggung jawab untuk membuat daftar baru berisi 10 sandera yang dapat dibebaskan pada Selasa dengan imbalan hari gencatan senjata tambahan. Proses itu akan berlanjut selama maksimal lima hari tambahan setelah gencatan senjata saat ini, kata pejabat itu menambahkan.
Juru bicara Hamas Osama Hamdan, berbicara kepada lembaga penyiaran LBC Lebanon, mengatakan kelompok itu akan berusaha mencari lebih banyak sandera untuk dibebaskan dan dengan demikian memperpanjang gencatan senjata.
Hamas sebelumnya mengatakan pihaknya tidak menyandera semua orang yang dibawa ke Gaza.
Orang-orang yang diserahkan oleh Hamas pada Minggu termasuk 13 warga Israel, tiga warga Thailand dan seorang warga negara Rusia, dan Komite Palang Merah Internasional mengonfirmasi bahwa mereka telah berhasil memindahkan mereka dari Gaza.
Gencatan senjata yang disepakati pekan lalu adalah penghentian pertama pertempuran dalam tujuh pekan sejak Hamas menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang kembali ke Gaza.
Menanggapi serangan itu, Israel telah membombardir daerah kantong tersebut dan melancarkan serangan darat di utara. Sekitar 14.800 warga Palestina telah terbunuh, kata otoritas kesehatan Gaza, dan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Pilihan Editor: Netanyahu Tawarkan Perpanjangan Gencatan Senjata di Gaza, Ini Syaratnya
REUTERS