TEMPO.CO, Jakarta - Setelah melakukan serangan brutal selama 7 pekan, Israel melakukan gencatan senjata dengan Hamas. Namun, menurut Probo Darono Yakti, Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga, tak ada jaminan serangan akan dihentikan setelah gencatan senjata. "Bisa saja Netanyahu masih bersikukuh untuk melanjutkan upayanya dengan mendorong eskalasi yang lebih besar di Gaza setelah gencaran senjata," kata Probo kepada Tempo, Jumat, 24 November 2023.
Probo menuturkan, setelah gencatan senjata berakhir, idealnya dunia mendorong Israel tidak melanjutkan pembantaian dan pelanggaran hukum internasional. "Sudah semestinya dilakukan konsensus secara masif dari negara-negara di PBB untuk mendesak Dewan Keamanan menerjunkan Peacekeeping Force atau pasukan perdamaian PBB di Gaza," kata Probo.
Seperti diketahui, ujar Probo, pasukan perdamaian PBB kerap diterjunkan untuk mencegah meluasnya konflik. “Pasukan tersebut nantinya yang menjadi penengah antara Israel dan Hamas melalui konsep Responsibility to Protect atau R2P,” ujar Probo.
Rumah Sakit Indonesia Harus Diselamatkan
Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia atau MUI mengutuk tindakan Israel yang melakukan serangan habis-habisan terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Lebih lanjut, menurut Sudarnoto Abdul Hakim selaku Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI menyebut bahwa serangan Israel tidak bisa diterima dengan alasan apapun.
"Ini perbuatan yang sangat terkutuk," kata Sudarnoto dalam catatan yang diterima di Jakarta, Selasa, 21 November 2023.
Lebih lanjut, Sudarnoto menilai bahwa Israel tidak punya hati nurani sehingga secara membabi buta membunuh siapa saja, bahkan orang-orang dan tempat yang seharusnya dilindungi. Sudarnoto pun menyerukan untuk seluruh negara terus bergerak bersama melakukan upaya bersifat diplomatis dan upaya lainnya yang bersifat terukur serta efektif untuk menekan Israel dan negara pendukungnya.
Terhitung sejak Senin pagi waktu setempat, 20 November 2023, tank Israel telah melakukan pengepungan sekaligus menembaki Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Akibat serangan tersebut, dilaporkan 700 orang terluka dan 12 orang meninggal, dengan korban meninggal termasuk dokter dan pasien.
Salah satu korban terluka dalam serangan tersebut yakni dr Adnan Al Barsh yang merupakan Kepala Ortopedi Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Sebelumnya, dr Adnan Al Barsh merupakan dokter dari Rumah Sakit Al Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza sebelum Israel memaksa untuk menutup institusi tersebut pada pekan lalu.
Pilihan Editor: Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera