TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menolak bertemu dengan pelapor khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina Francesca Albanese di tengah serangan brutal Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Berbicara kepada National Press Club Australia pada Selasa, Albanese, mengatakan dia meminta pertemuan dengan Menlu Wong tetapi ditolak, karena politikus keturunan Malaysia itu sedang bertemu dengan orang lain.
“Saya mengerti dia sangat sibuk,” kata Albanese, lapor stasiun penyiaran lokal SBS.
Senator Australia Mehreen Faruqi mengkritik Wong karena tidak bertemu dengan warga Albanese.“Apa yang ditakutkan Menteri Penny Wong? Mendengar kebenaran tentang kejahatan perang Israel?” katanya di X.
Berbicara kepada wartawan, Albanese juga membantah pernyataan Israel mengenai pertahanan diri berdasarkan hukum internasional. Ia menegaskan bahwa Israel tidak berhak memulai perang terhadap Hamas yang merupakan pejuang bersenjata di wilayah pendudukan Israel.
“Hak mempertahankan diri berdasarkan hukum internasional hanya bisa dilakukan jika diserang negara lain. Israel adalah penjajah di Tepi Barat dan Gaza, sehingga dia tidak bisa mengklaim hak mempertahankan diri,” ujar Albanese kepada para jurnalis Australia.
Dia membandingkan serangan di Gaza dengan serangan teror Paris pada 2015, yang dilakukan oleh sel-sel terkait Daesh/ISIS yang beroperasi dari negara tetangga Belgia.
“Apakah Prancis pergi dan mengebom seluruh kawasan pemukiman di Belgia? Tidak,” katanya, menurut SBS.
Pelapor khusus PBB membandingkan situasi di Gaza dengan Nakba, “bencana” tahun 1948 ketika sekitar 750.000 warga Palestina diusir dari tanah air mereka oleh Israel.
“Negara-negara Barat – dan tidak terkecuali Australia –menggumamkan kata-kata lemah saat mengutuk tindakan Israel yang berlebihan, atau tetap diam karena takut mengekang hak yang diklaim Israel untuk membela diri dari Hamas, apa pun artinya,” tambahnya.
Masyarakat di sejumlah kota, termasuk ibu kota, Canberra, melancarkan protes terhadap pengeboman Israel di Gaza dan meminta pemerintah untuk segera memainkan perannya dalam gencatan senjata.
Mahasiswa Palestina juga melakukan protes di depan parlemen dan menuntut partai berkuasa dan oposisi untuk mengutuk Israel dan memainkan perannya dalam menghentikan pemboman di Gaza.
Berbicara di parlemen, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese kembali mendukung pernyataan Israel mengenai pembelaan diri, dengan mengatakan: “Kami juga telah mengatakan bahwa cara melakukan hal ini penting, dan kita harus membedakan antara Hamas dan warga Palestina.”
“Saya telah mengatakan dengan sangat jelas bahwa kehidupan setiap warga Israel dan Palestina penting,” kata Albanese kepada parlemen.
Dia menambahkan bahwa negaranya menginginkan jeda kemanusiaan dan mendesak Israel untuk menegakkan hukum internasional dan melindungi warga sipil yang tidak bersalah.